Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melongok Rumah Joglo Mbah Kerto Merjo, Saksi Bisu Masa Agresi Militer Belanda

Kompas.com - 10/10/2018, 05:56 WIB
Sukoco,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.comRumah joglo dengan pintu dan jendela bercat hijau yang berada di Desa Ngunut Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terlihat berbeda di tengah rumah warga pada umumnya berbentuk limasan.

Rumah yang berdiri diatas salah satu bukit tersebut dibangun oleh Kerto Merjo pada tahun 1704.

Wartini, penghuni rumah saat ini, merupakan generasi ke 4 dari Kerto Merjo. Dia mengatakan, tiang utama dan beberapa kayu peyangga rumah kayu yang bersejarah bagi perjalanan pemerintahan Kabupaten Magetan tersebut masih asli dari tahun 1704.

"Tiangnya masih asli, dulu kasar karena menghaluskannya hanya pakai kapak. Direhab tahun 1980 oleh Bupati Sunarto kayu tiangnya dihaluskan,"ujarnya Selasa (09/09/2018).

Rumah ini setiap tahun di jadikan lokasi start peserta napak tilas Ngunut menuju kecamatan Parang dan finish di Pendopo Kabupaten Magetan (Napak Tilas Ngupatan). 

Baca juga: Penggerebekan Pesta Seks di Surabaya, Ibu Hamil 8 Bulan Ikut Ditangkap

Menurut Wartini tembok rumah yang dipugar pada tahun 1960 tersebut sudah mulai rapuh dan retak dibeberapa bagian.

Pada saat itu untuk merekatkan batu hanya menggunakan campuran pasir dan gamping atau campuran kapur. “Sekarang temboknya sudah retak karena dulu tahun 1960 bangunnya hanya pakai gamping. Belum ada rehab kalau tembok,” imbuhnya.

Rumah Joglo yang dibangun tahun 1704 oleh mbah Kerto Merjo memang menjadi bagian dari kisah penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Magetan.

Pada tahun 1948, pusat pemerintahan Kabupaten Magetan pindah ke rumah yang terbuat dari kayu jadi tersebut. Hal itu terjadi pada saat tentara Belanda menyerbu Kabupaten Magetan dalam agresi militer.

Baca juga: Cerita 2 Politisi PDI-P Jatim yang Diisukan Tertangkap KPK

 

Rumah joglo Mbah Kerto Merjo menjadi pusat pemerintahan hingga tahun 1950. Menurut cerita warga, beberapa kali rumah tersebut lolos dari sergapan tentara Belanda yang berusaha menangkap Bupati Magetan.

“Kata orang tua dulu Belanda selalu lewat karena disangka rumah ini kawasan hutan,” ucap Wartini.

Untuk tetap mengenang sejarah pemerintahan Kabupaten Magetan yang pernah pindah ke rumah Mbah Kerto Merjo di Desa Ngunut, Bupati Magetan Suprawoto mengajak ribuan warga Kabupaten Magetan napak tilas perjalanan dari Ngunut, Parang, hingga finish di Kantor Bupati Magetan.

“Kita ajak generasi muda mengenang bahwa pemerintahan Kabupaten Magetan dulu pernah ada di sini,” pungkasnya.

Baca juga: Ini Penjelasan Ahli soal Kemunculan Sumur Misterius Mirip Kawah di Cilacap

Napak tilas ini disebut kirab ngupatan dengan rute start di Desa Ngunut melewati Kecamatan Parang dan finish di pendopo Kabupaten Magetan dengan menempuh jarak lebih dari 15 kilometer.

Selain menyelamatkan roda pemerintaah Kabupaten Magetan di era agresi militer Belanda tahun 1948, rumah ini sekali lagi jadi kantor Bupati Magetan saat meletus pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia PKI pimpinan Muso di Madiun pada tahun 1948.

“Walaupun Muso waktu itu menguasai Madiun, tetapi representasi permintahan di Kabupaten Magetan yang memihak kepada Republik tetap ada,“ ujarnya.

Bupati Magetan Prawoto menambahkan, pemrintah daerah Magetan akan melakukan perbaikan terhadap kerusakan di beberapa bagian rumah yang dikeluhkan Warsini selaku ahli waris rumah bersejarah tersebut.

Menurutnya rumah joglo Mbah Kerto Merjo merupakan simbol eksistensi roda pemerintahan yang tetap berjalan meski negara berada dalam situasi genting.

“Maknanya pemerintahan itu tidak boleh berhenti dalam situasi apapun, dalam situasi terdesak harus tetap bertahan,” imbuhnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com