Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Polisi Bangun Kampung Berkebun, Ubah Eks Bandar Narkoba Jadi Petani Jahe

Kompas.com - 09/10/2018, 11:55 WIB
Agie Permadi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pagi itu langit tampak biru, suasana segar begitu terasa di daerah bantaran Sungai Cipamokolan.

Aktivitas warga mulai tampak berlalulalang menelusur jalanan pinggir sungai yang membelah daerah RW 04, Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.

Tak seperti permukiman di bantaran sungai lainnya, ada yang berbeda dengan daerah ini. Di atas sungai itu berdiri paranggong atau anyaman bambu yang terhampar menutupi sungai tersebut.

Di atas paranggong ini terdapat bermacam variasi tanaman produktif yang bisa dimanfaatkan warga sekitar.

Suasana hijau dan segar ini tidak hanya di bantaran sungai itu, tetapi juga di permukiman warga di sekitarnya.

Menariknya lagi, tembok-tembok sungai dan rumah warga dicat berwarna warni menambah daya tarik suasana bersih di wilayah tersebut.

Saat Kompas.com berkunjung ke RW 04 ini, tampak warga bergotong-royong tengah membuat paranggong lainnya. Beberapa warga masih mengerjakan pengecatan warna hijau di tembok bantaran sungai, sebagian lagi menggambar mural dan ajakan menjaga lingkungannya.

Kampung berkebun

Namun di balik suasana hijau di RW 04 ini ada seorang polisi berpangkat Aiptu yang menyempatkan waktunya untuk menggerakkan warga sekitar bercocok tanam dan menjaga kebersihan lingkungannya.

Polisi itu dikenal dengan nama Wawan Setiawan, yang juga seorang ketua RW 04 Kelurahan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. Sikap dan cara bersosialisasi yang diterapkan Wawan dapat menyentuh warganya untuk bergerak menjaga kebersihan lingkungan hingga bercocok tanam.

Baca juga: Serba-serbi Mudik, Kisah Polisi Batang Temukan Anak Pemudik yang Ketinggalan di Rest Area

Wawan mengaku termotivasi berdasarkan kesadaran diri menjaga kampungnya yang sebelumnya kotor tak terawat. Awalnya, bermukim di bantaran sungai memang tidak mudah, karena selain bau sampah yang dihasilkan sungai, juga pola pikir warganya yang tidak semua bisa dan paham menjaga lingkungan di sekitarnya.

"Kampung saya itu kotor, penduduk yang dekat ke sungai cenderung kekumuhan, kami lalu tergerak. Awalnya kami bergerak untuk bantaran kali," kata Wawan yang ditemui di lokasi, Selasa (9/10/2018).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com