Maklum, mereka tak tak hanya kehilangan harta benda dan rumah pascabencana, tapi sebagian mereka berduka karena kehilangan anggota keluarga.
Umumnya warga Donggala dan Palu yang menjadi korban bencana gempa tsunami mengungsi karena alasan stres setiap hari hanya bisa menyaksikan reruntuhan puing bangunan rumah warga yang berserakan. Mereka bingung bagaimana memulai hidup mereka dari nol kembali pascabencana.
“Kita malah tambah stres menyaksikan reruntuhan bangunan menumpuk dan lainnya berserakan di jalan. Kita bingung dan tidak bisa beraktifitas mencari kerja untuk hidup. Makanya saya pilih mengungsi sementara bersama kelluarga sambil mencari suasana tenang, sebelum kembali berpikir bagaimana memulai hidup dari awal,” tutur Rusdi, pengungsi asal Pangkep, Sulawesi selatan.
Rusdi mengaku menyusuri rute perjalanan melalui jalur lintas barat Sulawesi mulai dari kabupaten Pasangkayu, Mamuju Tengah, Majene hingga Polewali Mandar. Di sepanjang jalan tersebut mereka disambut uluran tangan warga yang menyediakan makanan dan minuman secara suka rela di sepanjang jalan.
“Kita sedih tapi bangga juga karena ternyata banyak saudara-saudara kita turut prihatin dan mendoakan. Mereka bahkan menyediakan makanan dan minuman di sepanjang jalan tanpa harus dibeli para pengungsi yang butuh makan dan minum di jalan,” tutur Rusdi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.