Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Para Korban Gempa yang Mengungsi, yang Penting Keluar dari Palu

Kompas.com - 07/10/2018, 23:31 WIB
Junaedi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MAMASA, KOMPAS.com – Isak tangis pecah saat puluhan pengungsi gelombang kedua asal Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, yang baru tiba di Posko Pengungsian Mamasa, Sulawesi Barat, disambut tangis haru sanak keluarga yang telah menunggu sejak pagi, Minggu (7/10/2018).

Mereka kontan berpelukan dan mengucapkan syukur karena anggota keluarga mereka selamat dalam bencana gempa dan tsunami yang menerjang sejumlah wilayah di Sulawesi Barat, 28 September lalu.

Para pengungsi yang baru tiba hari ini di antaranya belasan bayi dan balita. Mereka lalu disuguhi makanan dan minuman oleh tim relawan di posko pengungsian Mamasa.

Namun, setidaknya ada 18 orang di antara mereka ternyata "tak dikenal". Mereka bukanlah warga Mamasa, melainkan warga dari Palu dan Donggala yang hendak mengungsi ke Makassar dan Pangkep, Sulawesi Selatan.

Baca juga: Detik-detik Arif Selamat dari Hotel Roa Roa yang Ambruk, Suasana Gelap dan Suara Minta Tolong

Zandi, seorang korban gempa tsunami asal Palu, mengaku hendak ke Makassar. Dia mengaku terpaksa ikut rombongan pengungsi tujuan Mamasa yang kebetulan menjadi sanak tetangga mereka di Palu.

Menurut dia, daripada stres memikirkan rumahnya yang hancur, Zandi dan keluarga memilih mengungsi sementara sambil berpikir ulang memulai kembali hidup selanjutnya dari nol.

Karena tak ada sanak keluarga yang menjemput dan menyediakan angkutan pengungsi tujuan Makassar, Zandi memilih ikut menumpang dengan pengungsi tujuan Mamasa.

“Daripada tambah stres di tengah tumpukan reruntuhan bangunan, lebih baik saya ikut mengungsi menenangkan pikiran sementara. Saya sekarang lagi berusaha menghubungi keluarga agar bisa datang menjemput kami di Mamasa,” ungkap Zandi.

Baca juga: Kisah Lengkap Bocah Israel yang Dipeluk Jokowi, Selamat dari Gulungan Tsunami tetapi Kehilangan Ibu

Selain itu, menurut Zandi, jarak Mamasa ke Makassar yang menjadi tujuannya relatif lebih dekat ditempuh daripada dia terus bertahan di lokasi bencana yang membuat diri dan keluarga makin stres.

Dia sendiri mengaku bersyukur kepada Tuhan karena bisa menyelamatkan diri dan keluarganya saat gempa dan tsunami menyapu desa mereka.

Kordinator Tim Relawan Kemanusiaan Mamasa, Marthinus Tiranda, mengatakan, hingga kini masih banyak warga Mamasa di daerah gempa yang membutuhkan makanan dan pakaian.

Baca juga: Cerita Para Pendekar Listrik yang Bekerja Siang Malam Pulihkan Jaringan di Palu

 

Masih banyak pula, lanjut dia, korban gempa asal Mamasa yang ingin pulang dari Palu dan Donggala. Namun, mereka belum bisa mengangkut sekaligus seluruh korban yang hendak pulang ke Mamasa karena kekurangan armada.

“Masih banyak saudara-saudara kita asal Mamasa yang membutuhkan bantuan di pengungsian. Mereka hendak mengungsi tetapi tidak ada sarana angkutan,” tutur Marthinus.

Gelombang pengungsi tahap kedua tujuan Mamasa ini disambut hangat oleh aparat Pemda. Para pengungsi ini kemudian dijemput oleh keluarganya masing-masing untuk diantar ke kampung halaman mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com