PALU, KOMPAS.com - Mustafa Hutabarat (30) bergelantungan di atas tiang listrik di jalan Mongisidi Palu. Padahal kabel-kabelnya masih mengalirkan listrik.
Terik matahari yang menyengat tak dihiraukan, beberapa bagian dijatuhkan, juga kebel yang menuju sebuah toko diputus. Sementara itu, dua rekannya bekerja menggulung kabel dan memberi instruksi dari bawah. Mereka adalah Edi Suroto (46) dan Ajisaka (32).
"Kami tim PLN Sumatera Utara, bagian dari tim besar PLN seluruh Indonesia yang sedang bekerja memulihkan kondisi kelistrikan di Palu," kata Edi, Sabtu (6/10/2018).
Baca juga: Kisah Lengkap Bocah Israel yang Dipeluk Jokowi, Selamat dari Gulungan Tsunami tetapi Kehilangan Ibu
Mereka bertiga tidak sendirian. Dari wilayah Sumatera Utara, ada 10 orang yang didatangkan ke Palu, termasuk mereka.
Mereka adalah bagian kecil dari program PLN Peduli Palu yang berjumlah 1.141 orang.
"Hari ini ketambahan dari PLN Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten sebanyak 150 orang," kata Edi.
Sejak datang pada hari Selasa, mereka langsung bergabung dengan tim lain yang sudah berada di lapangan. Mereka mengecek dan memperbaiki jaringan listrik di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.
Baca juga: Tangis Bahagia Syaiful Bertemu Sang Ibu Setelah Berjibaku Membalik Jenazah yang Bergelimpangan
Ketersediaan aliran listrik adalah kunci pemulihan daerah-daerah yang terdampak gempa 7.4 Magnitudo dan tsunami. Tanpa listrik, pemerintah dan masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa.
Di sinilah peran penting para "pendekar listrik" yang bekerja siang malam dalam jaringan yang bertegangan. Masing-masing orang yang datang ke Palu sudah dibekali dengan berbagai peralatan, seperti tali panjat, alat sambung kabel.
"Kami menargetkan Senin ini semua kantor dan rumah warga sudah teraliri listrik," ujar Edi.
Selama sepekan bekerja, mereka memastikan sudah 90 persen masalah ditangani.
Para pendekar listrik bekerja siang malam, mulai pukul 08.00-20.00 Wita.
Bersambung ke halaman dua
.
.
.