Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Siapkan 40 Tenda Darurat untuk Kuliah di Palu

Kompas.com - 07/10/2018, 06:42 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Sebanyak 40 tenda darurat akan disiapkan untuk membantu proses pembelajaran di sejumlah kampus di Palu, Sulawesi Tengah.

Tenda darurat akan digunakan sementara untuk mengganti bangunan gedung kampus yang roboh.

Hal itu disampaikan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir, di Semarang, Sabtu (6/10/2018) sore.

"Kalau kampus, kemarin saya datang ada enam sampai tujuh gedung yang rusak parah, dinilai kerusakan Rp 283 miliar itu penilaian tim teknis, belum dari penilaian tim PUPR. Kalau ajaran 2018 bagaimana kuliahnya, kita siapkan tenda darurat," kata Nasir.

Menurut Nasir, ada enam kampus di mana gedungnya roboh atau setidaknya mengalami kerusakan yang rusak parah.

Enam kampus diantaranya Universitas Tandulako, Universitas Muhammadiyah Palu, Universitas Terbuka Palu dan UIN Palu.

Seluruh bangunan gedung yang rusak diupayakan akan dibangun ulang dan selesai pada 2019 mendatang.

Pihak Kemenristek sedang mempersiapkan anggaran untuk kebutuhan pembangunan gedung tersebut.

"Saya lagi sisir anggaran bersama Menkeu dan saya minta Menteri PUPR bahwa pembangunan akan dilakukan dan 2019 supaya pembangunan selesai," ujarnya.

Terkait tenda darurat untuk perkuliahan, Nasir menilai, itu penting untuk menggantikan sementara bangunan kampus yang roboh.

Kemenristek Dikti sebelumnya telah mengirim 10 tenda darurat, namun dirasa masih belum mencukupi.

"Nanti akan dikirim 30-40 tenda lagi, karena ini persiapan masa hujan, dan harus order. Kapasitas tenda mencapai 40-50, itu besar sekali," tandasnya.

Selain tenda darurat, mahasiswa asal Palu juga bisa berkesempatan belajar di kampus negeri lain di Indonesia, tetap kuliah di Palu dengan model kuliah daring, atau pindah kredit semester di kampus lain.

"Itu sudah dirancang, saya sudah ketemu majelis rektor perguruan tinggi Indonesia itu ada 38 PT, dan itu ada mekanismenya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com