Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Menaiki Rakit untuk Pulang

Kompas.com - 06/10/2018, 21:30 WIB
Masriadi ,
Khairina

Tim Redaksi


ACEH UTARA, KOMPAS.com – Jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, Sabtu (6/10/2018). Sepagi itu, Nur Kemala, warga Desa Paya Lueng Jalo, Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara berdiri di hamparan air bah membentang di depannya di Desa Leubok Pirak, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara.

Dia baru saja pulang dari Kota Lhokseumawe menuju rumahnya. Mahasiswi salah satu perguruan tinggi negeri itu tak punya pilihan lain selain menumpang rakit yang disediakan warga.

Jalanan yang menghubungkan Kecamatan Pirak Timu dengan Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara membentang tertutup air yang meluap dari Krueng (sungai) Pirak, di kawasan itu.

Ketinggian air bervariasi mulai 80 sentimeter hingga satu meter. Di sebagian pemukiman penduduk ketinggian air mencapai  satu setengah meter. Kawasan itu memang langganan terendam banjir.

Namun, kali ini penyebabnya karena sejumlah tanggul yang membentengi Krueng Keureuto dan Krueng Pirak jebol.

Air sungai pun meluber ke pemukiman dan jalan yang dilalui warga. Curah hujan di kawasan pegunungan membuat debit dua sungai utama itu meningkat. Sehingga sebagian tanggul jebol dan air mengalir ke pemukiman.

“Terpaksa naik rakit. Tak ada solusi lain jika sudah begini, satu-satunya transportasi agar bisa pulang ke rumah ya rakit,” sebut Nur Kemala.

Baca juga: Antisipasi Banjir, Kecamatan Cipayung Normalisasi Saluran Penghubung Kalijati

Rakit dari papan itu dibangun seadanya oleh warga. Penumpang harus merogoh kocek mulai Rp 5.000-Rp 15.000, tergantung jenis kendaraan yang digunakan.

Hampir 200 meter rakit itu akan ditarik sejumlah warga. Penumpang berdiri sembari memegangi sepeda motor.

“Bagi yang tak biasa, ini akan menjadi pengalaman menakutkan,” terang Nur Kemala.

Sebagian warga memilih tak pulang ke rumah, menunggu air surut. Bahkan, sebagian lagi menginap di rumah keluarganya.

“Takut saja kalau naik rakit,” ujar warga lainnya, Siti Sarah.

Dia memilih menginap di rumah bibinya di Desa Keudee, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara.

“Besok saja pulang ke rumah di Desa Alue Bungkoh, Pirak Timu. Saya takut naik rakit, membayangkan jatuh ke banjir itu sungguh menakutkan,’ katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com