MAJENE, KOMPAS.com – Gelombang pengungsi asal Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, pasca-gempa dan tsunami, Jumat (5/10/2018) kemarin terus bertambah.
Posko pengunsi di Masjid Agung Ilaikal Masyir di jalur lintas barat Sulawesi mencatat, hingga pagi ini jumlah pengungsi sudah lebih dari 2.500 orang. Mereka berasal dari Palu dan Donggala.
Rombongan pengungsi ini mendapat pemeriksaan tim kesehatan. Pemerintah Kabupaten Majene sudah menyiapkan berbagai fasilitas berupa makanan, minuman maupun obat-obatan yang dibutuhkan pengungsi.
Petugas posko persinggahan, Rifai menyebutkan, pemerintah dan relawan di Majene mendirikan beberapa posko untuk menampung para pengungsi yang kelelahan dalam perjalanan.
Baca juga: Kelelahan Dalam Perjalanan ke Mamasa, Sejumlah Pengungsi Gempa Palu Dirawat
Tim menyediakan berbagai keperluan pengungsi, termasuk makanan, minuman dan obat-obatan. Hingga empat hari terakhir, gelombag pengungsi yang melalui jalur ini tercatat di posko sudah lebih dari 2.500 orang, termasuk anak-anak.
“Seperti yang kami catat di beberapa posko pengungsi yang disediakan pemerintah dan masyarakat, hingga hari ini tercatat sudah lebih dari 2.500 pengungsi, termasuk anak-anak,” jelas Rirfai, petugas Posko Persinggahan.
Di posko persinggahan ini, sejumlah bantuan berupa obat-obatan, makanan dan minuman, serta pakaian, sudah disediakan oleh Pemkab Majene, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama sejumlah relawan yang membantu para korban di posko persinggahan.
Baca juga: Tiba di Palu, Wapres Langsung Kunjungi Pengungsi di Balaroa
Mereka mendapat pelayanan kesehatan dari tim medis. Pengungsi juga mendapat makanan dan minuman serta pakaian hasil sumbangan dari sejumlah masyarakat Majene.