Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Panjang Arif, Pekerja Masjid yang Selamat dari Gempa Palu untuk Pulang ke Garut

Kompas.com - 05/10/2018, 19:42 WIB
Ari Maulana Karang,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com - Pasca-gempa dan tsunami di Palu, warga berbondong-bondong keluar Palu, Sulawesi Tengah, termasuk para pendatang dari Garut, Jawa Barat, yang memilih pulang kampung. Namun, jalan panjang harus mereka lalui untuk bisa sampai ke kampung halamannya.

Firman Hakim (41), misalnya. Warga Desa Sukalilah, Kecamatan Sukaresmi ini, itu baru baru bisa kembali menginjakan kakinya di Garut pada Kamis (4/10/2018) pagi setelah perjalanan panjang penuh perjuangan yang menguras tenaga dan emosinya.

Padahal, saat gempa mengguncang Palu, dirinya sempat menyangka itulah kiamat karena bertepatan dengan hari Jumat.

"Saya nyangka hari itu kiamat karena hari Jumat, saya istighfar dan pasrah saja," katanya saat ditemui di halaman kantor Bupati Garut, Kamis pagi.

Baca juga: Detik-detik Arif Selamat dari Hotel Roa Roa yang Ambruk, Suasana Gelap dan Suara Minta Tolong

Selain merasakan gempa, Firman juga menyaksikan betul bagaimana tsunami menghantam pantai di Palu dan pergerakan tanah menggambarkan satu perkampungan padat penduduk. Karena saat gempa dan tsunami, dirinya tengah bekerja di sebuah bangunan masjid.

"Setelah selamat dari gempa dan tsunami, saya melihat langsung bagaimana seorang Bapak berusaha menyelamatkan anak dan istrinya tenggelam di pergerakan tanah di daerah Petobo,", katanya.

Firman menceritakan, setelah berhasil selamat dari gempa dan tsunami dirinya langsung pulang ke kontrakan untuk melihat kondisi anak dan istrinya.

Baca juga: Petaka di Petobo, Aspal seperti Gelombang dan Lumpur Keluar dari Perut Bumi, seperti Mau Kiamat

 

Namun, begitu tiba di kontrakan suasana sudah gelap gulita dan anak istrinya tidak ada. Dia pun menangis sambil berteriak-teriak memanggil anak istrinya.

"Setelah saya teriak panggil nama mereka, mereka ternyata selamat dan tidur di halaman belakang kontrakan dengan alas karton seadanya," ungkap Firman yang mengaku sudah satu tahun lebih tinggal di Palu.

Setelah bertemu anak dan istrinya, Firman pun memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Garut bersama puluhan orang Garut lainnya yang memang satu pekerjaan dengannya sebagai pekerja bangunan.

"Hari Jumat itu, kami baru dapat pekerjaan pasang plafon di masjid, saya lagi ukur-ukur sama yang lain, rencananya hari Senin mulai kerja dan terima DP (uang muka)," katanya.

Baca juga: Tangis Bahagia Syaiful Bertemu Sang Ibu Setelah Berjibaku Membalik Jenazah yang Bergelimpangan

Setelah memutuskan untuk pulang, Firman pun membawa anak istrinya ke Bandara di Palu. Namun, saat itu bandara sudah dipenuhi ribuan orang yang juga ingin keluar dari Palu karena kondisinya memang sudah parah.

Untuk bisa masuk dalam kawasan Bandara saja, menurut Firman, dirinya harus antre hingga tiga hari. Itu pun harus berdesak-desakan dan mengikuti seleksi dari petugas bandara yang mengutamakan anak-anak dan perempuan.

Karena sulitnya masuk Bandara, Firman pun akhirnya memutuskan untuk pulang terpisah dengan istri dan dua anaknya.

"Istri dan anak saya masuk duluan. Mereka akhirnya diterbangkan ke Malang dan baru tadi malam sampai Garut," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com