Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UB Ciptakan Pendeteksi Bencana Berbasis Aplikasi Android

Kompas.com - 03/10/2018, 11:12 WIB
Andi Hartik,
Khairina

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang membuat inovasi alat pendeteksi bencana berbasis aplikasi android. Alat itu diberi nama disaster detection system of forest fire and landslide atau Desfola.

Alat pendeteksi bencana itu dirancang oleh dua orang mahasiswa, yakni Bagas Priyo Hadi Wibowo dan Rizka Sisna Riyanti.

Keduanya merupakan mahasiswa semester 7 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

Priyo mengatakan, alat pendeteksi bencana itu dirancang menggunakan sensor dan server.

Sensor itu diletakkan di daerah rawan bencana sedang bagian server-nya diletakkan di perkampungan dengan koneksi internet.

Melalui server tersebut, potensi bencana yang ditangkap oleh sensor bisa dipantau melalui aplikasi android di ponsel.

"Data yang dideteksi oleh bagian sensor akan ditampilkan di aplikasi android secara real time. Saat potensi bencana meningkat, alat akan menampilkan warning sehingga masyarakat bisa lebih waspada dan menanggulanginya lebih dini," katanya, Selasa (2/10/2018).

Baca juga: Aplikasi Modern untuk Konsumen Motor Honda di Yogyakarta

Sementara ini, alat itu difokuskan untuk mendeteksi bencana kebakaran hutan dan tanah longsor. Ada empat sensor yang digunakan. Tiga sensor untuk kebakaran hutan sedangkan satu sensor lainnya untuk tanah longsor.

Sensor yang digunakan merupakan flame sensor, gas CO dan temperatur sensor untuk mendeteksi kebakaran hutan. Sedangkan untuk mendeteksi kejadian tanah longsor digunakan moisture sensor.

"Alat ini didesain dengan tiga kondisi. Aman, siaga dan potensial tinggi. Misalnya untuk temperature sensor, kondisi aman jika 35 derajat selsius, siaga jika temperatur antara 35 sampai 45 derajat selsius dan potensi bencana jika di atas 45 derajat selsius," ujar Sizka.

Saat ini, energi yang digunakan berasal dari baterai. Ke depan, ia akan mengembangkan alat itu supaya bisa menggunakan panel surya untuk sumber energi.

"Energi masih menggunakan baterai. Ke depan kami masih riset supaya bisa menggunakan panel surya," jelasnya.

Pihaknya juga akan mengembangkan alat tersebut supaya bisa mendeteksi jenis bencana lainnya seperti gempa bumi, tsunami dan jenis bencana lainnya.

"Kami harus mengembangkan dulu supaya bisa mendeteksi jenis bencana lain. Sersornya kan beda," jelasnya.

Inovasi alat deteksi bencana itu sudah membuahkan prestasi dengan mendapatkan penghargaan medali emas dalam kompetisi The 5th International Young Inventors Awards (IYIA) 2018 di Bali pada 19-22 September 2018.

Kompetisi itu diselenggarakan oleh asosiasi pemenang kompetisi penelitian atau inovasi nasional dan internasional INNOPA (Indonesian Invention and Innovation Promotion Association) dan diikuti oleh 15 negara.

Kompas TV Maczone ini menggunakan gelombang ultrasonic ozone dan teknik coating atau pelapisan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com