Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Fahmi, Korban Tsunami Palu Selamatkan Istri yang Hamil Tua

Kompas.com - 02/10/2018, 16:45 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Penuh pasien

Pada pagi hari, Sabtu (29/9/2018), gempa juga tak kunjung berhenti. Namun, kekuatannya mulai berkurang. Fahmi pun memiliki niatan untuk meninggalkan Kota Palu secepatnya, kemudian ia mencoba mencari koneksi ke semua jaringan.

Penyewaan mobil tidak ada, sebab tidak adanya akses ke semua jalanan untuk keluar masuk karena banyaknya longsor. Penerbangan umum juga tidak ada fasilitas, karena bandara rusak parah.

Di sepanjang perjalanan mencari akses keluar Palu, ia dikagetkan dengan ratusan mayat yang tergeletak di sejumlah titik. Jalanan yang terbelah dan bangunan yang rata dengan tanah.

Bahkan Mall Tatura (Ramayana) yang terletak 50 meter dari rumahnya pun rusak parah. Ratusan mayat jelas terlihat di sana. Bahkan ada beberapa mayat yang bergelantungan di beberapa sudut mall yang masih berdiri miring. Beberapa kejadian tersebut ia sembunyikan.

"Saya tak ingin membuat trauma mereka menjadi parah. Sebabm getaran kecil saja membuat mereka ketakutan," ucap Fahmi.

Baca juga: Cerita Anggota DPR yang Keluarganya Jadi Korban Gempa di Palu dan Donggala

Hingga malam hari, Fahmi dan keluarganya masih tinggal di depan jalan. Tidak ada seorang pun orang yang berani masuk ke dalam rumah.

Tak lama kemudian hujan turun, ia dan keluarganya tidak memiliki tenda dan seketika membasahi tubuh. Selama tiga jam, sekitar pukul 02.00 WITA gempa berkekuatan sedang kembali terjadi selama empat kali, disusul gempa berkekuatan kecil secara terus-menerus.

Khawatir dengan anak dan istri, Fahmi mencoba melihat-lihat rumah sakit. Ia khawatir sewaktu-waktu istrinya akan melahirkan. Namun, ia terkejut mendapati ribuan pasien tergeletak di halaman rumah sakit. Bahkan kuburan China yang ada didekatnya pun penuh pasien.

"Saya kian cemas. Istriku yang bisa melahirkan kapan saja pasti tak akan mendapatkan pelayanan yang maksimal. Bahkan kemungkinan terburuk dirawat di rumah kuburan seperti pasien lainnya bisa terjadi," kata dia.

Menuju bandara

Pada Minggu pagi, Fahmi kembali mencari koneksi. Dia berupaya mencari kabar, apakah akses keluar Kota Palu sudah bisa digunakan atau belum. Malangnya, longsor masih terjadi di mana-mana.

Kemudian, ia mencoba peruntungan ke Bandara Sis Al Jufri. Di sana ia melihat ada proses evakuasi terjadi dengan Pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Sontak, Fahmi menjemput anak, istri dan ibunya.

Mengetahui hal itu, Fahmi langsung mengajak keluarganya untuk ke bandara dan mengambil pakaian seadanya dalam rumah. Sesampainya di bandara, desak-desakan warga terus terjadi.

Kapal Sabuk Nusantara 39 kandas akibat tsunami di Pelabuhan Wani 2, Kecamatan Tanatopea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Gempa yang terjadi di Palu dan Donggala mengakibatkan 925 orang meninggal dunia dan 65.733 bangunan rusak.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Kapal Sabuk Nusantara 39 kandas akibat tsunami di Pelabuhan Wani 2, Kecamatan Tanatopea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Gempa yang terjadi di Palu dan Donggala mengakibatkan 925 orang meninggal dunia dan 65.733 bangunan rusak.
Fahmi berusaha melindungi istrinya yang hamil tua. Setiap ada orang yang mendorong, ia maki. Bahkan ada beberapa orang yang dipukulnya, karena saking cemasnya apabila perut istrinya terdorong.

Beruntung, petugas penjaga dari satuan TNI memprioritaskan istrinya untuk mendapatkan proses evakuasi. Tapi tidak bagi Fahmi, ia harus tinggal. Sesuai SOP laki-laki sehat tidak diijinkan berangkat. Prioritas utama adalah perempuan, anak-anak, lansia, dan orang sakit.

Hal ini pun membuatnya sempat pasrah. Ia mengikhlaskan anak, istri, dan ibunya berangkat terlebih dahulu menuju Kota Makassar. Rasa putus asa membuatnya pasrah.

Baca juga: Cerita Istri yang Cuma Bisa Terima SMS dari Suami di Palu Pasca-gempa

Pertolongan dokter

Tak lama setelah itu, seorang dokter TNI yang mengevakuasi istrinya menghampiri dan membisikkan ke Fahmi untuk menyelundup masuk ke dalam pesawat Hercules.

Ia diperintahkan untuk lari melewati penjagaan, masuk ke pesawat. Dokter itu mengatakan kepada Fahmi bahwa dirinya pernah merasakan kejadian ketika istri melahirkan tanpa kehadiran suami.

Sang dokter menyuruh Fahmi lari ke pesawat, semisal ditahan bilang saja istrinya tak ada yang dampingi. Namun, kalau tidak diizinkan itu perjuangan terakhir mereka agar bisa sama-sama istri.

Sayangnya, Fahmi tak sempat melihat papan nama dokter tersebut dan mengucapkan terima kasih. Kemudian, di saat puluhan orang diberhentikan petugas, ia lari sekitar 500 meter hingga tiba di pantat pesawat hingga naik dan menemukan istrinya.

Tak lama kemudian, pesawat lepas landas. Di kaca pesawat Hercules, ia melihat ke bawah dan mengucapkan salam perpisahan kepada petugas yang membantunya.

"Di situ pula saya baru melihat dengan jelas betapa parahnya Kota Palu yang dilanda duka. Saya yang menjadi salah satu saksi hidup pun hanya bisa tawakal kepada Allah SWT. Ini teguran nyata buat umatNya," kata Fahmi.

Kompas TV Data ini diperoleh dari BNPB pada hari ini (2/10) pukul 13.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com