SIGI, KOMPAS.com - Nurhayati (51) bersama beberapa wanita Desa Baliase Kabupaten Sigi meratap di pinggir jalan.
"Tolonglah anak-anak kami yang lapar dan kekurangan. Mari lihat kondisi mereka di pengungsian," kata Nurhayati, Selasa (2/10/2018).
Mereka tidak tahu harus bagaimana untuk mencukupi kebutuhan hidup, semua terbatas. Tidak ada warung yang buka dan tidak ada air bersih.
Baca juga: Petaka di Petobo, Aspal seperti Gelombang dan Lumpur Keluar dari Perut Bumi, seperti Mau Kiamat
Dia meratapi nasibnya sambil mencuci baju di tepi jalan yang terdapat aliran air dari pecahan pipa PDAM.
Nurhayati tidak tahu sampai kapan kondisi ini akan berlangsung. Anak-anak tidak sekolah, bahkan untuk makan pun jauh dari layak.
Baca juga: Ini Daftar Kebutuhan Mendesak Korban Gempa dan Tsunami di Sulteng
Dia adalah salah satu pengungsi di RT 3 Desa Baliase. Di tempat ini, masih ada pengungsi di 4 titik pengungsian lain yang bernasib sama. Para pengungsi tidak tahu harus berbuat apa untuk mencukupi kebutuhannya.
"Apapun yang diberikan akan kami terima, selimut, makanan bayi, pembalut wanita, atau lainnya. Kami akan bersyukur sekali," ujar Nurhayati.
Baca juga: Perumnas Balaroa Amblas Pascagempa Palu, 90 Orang Tewas, Ratusan Orang Tertimbun
Tidak adanya sarana komunikasi dan langkanya bahan bakar memang membuat semua warga korban gempa tidak tahu mengakses bantuan. Mereka pasrah dengan nasib yang diterimanya.
"Saya tidak tahu apakah warga dapat bantuan?," tanya Nurdin, Ketua RT 3 Desa Baliase.
Nurdin berharap pemerintah segera memberikan bantuan kepada warga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.