Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Gempa dan Tsunami Palu: Rebutan Makanan, Fenomena Tanah Bergerak, dan 832 Korban Jiwa

Kompas.com - 01/10/2018, 08:58 WIB
Caroline Damanik

Editor

3. Hotel Roa Roa, Mal Tatura, rumah sakit ambruk

Pusat perbelanjaan terbesar di Kota Palu, Mal Tatura di Jalan Emy Saelan, hancur dan ambruk sebagian. Masih ada puluhan hingga seratusan orang yang terjebak di dalam pusat perbelanjaan empat lantai yang dibangun pada tahun 2006 itu.

Begitu pula di Hotel Roa-Roa di Jalan Pattimura. Hotel berlantai delapan ini rata dengan tanah. Di hotel yang memiliki 80 kamar itu terdapat 76 kamar yang terisi oleh tamu hotel yang menginap.

Basarnas menyebutkan, ada sekitar 50-60 tamu yang diperkirakan masih terjebak di dalam reruntuhan hotel.

Selain itu, Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat, di Jalan Kangkung, Kamonji, Kota Palu dan Jembatan Ponulele yang menjadi ikon wisata Kota Palu juga roboh.

Diperkirakan, banyak korban masih belum ditemukan di timbunan reruntuhan bangunan-bangunan tersebut.

Baca juga: 5 Fakta di Balik Reruntuhan Hotel Roa Roa, Korban Selamat hingga Kabar Atlet Paralayang

 

4. Warga berebut makanan dan BBM

Warga menjarah baan bakar minyak di SPBU Jalan Imam Bonjo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018) pasca gempa bumi yang melanda kota tersebut. Selain mengakibatkan kelangkaan BBM, gempa Palu juga mengakibatkan ribuan bangunan rusak dan sedikitnya 420 orang meninggal dunia.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Warga menjarah baan bakar minyak di SPBU Jalan Imam Bonjo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018) pasca gempa bumi yang melanda kota tersebut. Selain mengakibatkan kelangkaan BBM, gempa Palu juga mengakibatkan ribuan bangunan rusak dan sedikitnya 420 orang meninggal dunia.

Rebutan bahan makanan di sejumlah minimarket hingga berebut BBM di SPBU marak terjadi di Kota Palu setelah gempa terjadi.

Warga bernama Abdullah, misalnya, mengaku terpaksa berebut makanan di minimarket karena tak ada lagi makanan untuk bertahan hidup. Dapur umum pun sulit ditemukan.

"Susah cari makan, Alfamidi dan BNS (Bumi Nyiur Swalayan) jadi rujuan warga," katanya.

Baca selengkapnya: Di Balik Rebutan BBM dan Makanan di Kota Palu Pasca-gempa

 

5. BNPB: Tak ada alat pendeteksi gempa atau buoy yang beroperasi

Kondisi terkini di Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, pascagempa yang mengguncang wilayah tersebut, Jumat (28/9/2018).Kompas.com / Hilda B Alexander Kondisi terkini di Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, pascagempa yang mengguncang wilayah tersebut, Jumat (28/9/2018).

BNPB melaporkan, tidak ada buoy atau alat pendeteksi tsunami yang beroperasi di Palu dan sekitarnya. 

Pasalnya, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo, banyak buoy di Indonesia yang mengalami kerusakan. Padahal, alat yang dilengkapi sensor ketinggian muka air ini sangat berguna dalam upaya mengantisipasi bencana gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami.

"Jadi enggak ada buoy tsunami di Indonesia. Sejak 2012, buoy tsunami sudah tidak ada yang beroperasi sampai sekarang ya," kata Sutopo dalam konferensi pers, Minggu (30/9/2018).

"Detail dan sebagainya bisa ditanyakan kepada BMKG karena yang mengurusi semua terkait Tsunami Early Warning System (TEWS) di Indonesia itu dikoordinir di BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)," lanjut Sutopo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com