Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Berebut BBM dan Makanan di Kota Palu Pascagempa

Kompas.com - 01/10/2018, 06:07 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Reni Susanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Berebut bahan makanan di sejumlah minimarket hingga berebut BBM di SPBU marak terjadi di Kota Palu pascagempa bermagnitudo 7,4 pada Jumat (28/9/2018).

Salah satu warga, Abdullah, mengaku terpaksa berebut makanan di minimarket karena tak ada lagi makanan untuk bertahan hidup.

"Susah cari makan, Alfamidi dan BNS (Bumi Nyiur Swalayan) jadi tujuan warga," katanya.

Alasan lain warga melakukan hal itu adalah belum adanya bantuan bagi mereka dan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain berebut makanan di swalayan dan minimarket, para korban juga berebut BBM di SPBU. Seperti diketahui, pascagempa, sebagian besar SPBU di Kota Palu memilih berhenti beroperasi. Hal ini membuat pasokan BBM ke masyarakat terhenti.

Baca Juga: Susah Cari Makan, Warga Korban Gempa di Palu Berebut Makanan di Minimarket

Salah satu SPBU yang menjadi tempat warga mencari BBM adalah SPBU di Jalan Pue Bongo, Kota Palu.

Aksi berebut BBM sempat diwarnai kericuhan. Warga saling berebut BBM dan saling teriak. Bahkan, sejumlah warga sempat menghalangi wartawan yang hendak meliput.

Saat aksi massa tersebut, seseorang yang diduga salah satu staf SPBU datang dan mempersilakan massa untuk mengambil BBM.

"Silakan ambil minyak, tapi jangan rusak," katanya, Minggu (30/9/2018).

Sementara itu, berdasar keterangan dari Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNBP Sutopo Purwo Nugroho, bencana gempa bumi juga membuat jaringan pipa untuk memasok air bersih ke permukiman warga di Kota Palu rusak.

Baca Juga: Korban Gempa Palu Kesulitan Dapat Air Bersih

"Air berubah keruh, kering, sehingga tidak bisa dikonsumsi. Air bersih jadi kebutuhan mendesak untuk masyakat Palu," Kata Sutopo, Minggu (30/9/2018).

Kondisi itu terjadi pada warga di kompleks Palupi, Kota Palu. Jaringan pipa air bersih ke kompleks tersebut putus dan menyebabkan kebocoran.

"Saya hanya bisa menampung air dari bocoran pipa," kata Ishak, warga Palu, Minggu (30/9/2018).

Ishak dan warga lainnya terpaksa membawa wadah penampung untuk mengumpulkan ceceran air di bocoran pipa.

"Kami harus berhemat air yang ada. Kami tidak tahu sampai kapan kondisi ini berakhir," kata Inge Lestari, warga kompleks Palupi.

Para korban berharap pemerintah segera mengatasi kerusakan jaringan air bocor tersebut.

Sumber: KOMPAS.com (Kristanto Purnomo, Rosyid A Azhar)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com