Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Taman Baca Sakila Kerti, Tempuh Bahaya agar Preman Terminal Berubah (1)

Kompas.com - 27/09/2018, 12:42 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

TEGAL, KOMPAS.com - Kehidupan di lingkungan terminal yang identik dengan persepsi kurang bersahabat perlahan-lahan sirna. Hiruk pikuk di tempat keluar masuk bus dan angkutan yang acapkali dibayangi oleh aksi premanisme berangsur lenyap.

Bekal literasi telah mengubah kehidupan Terminal Kota Tegal, Jawa Tengah, menjadi lebih baik.

Sejak dioperasikannya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sakila Kerti di dalam kawasan terminal Kota Tegal pada akhir 2011 lalu, "kasta" terminal Kota Tegal sebagai salah satu tempat pelayanan umum kian meningkat.

Dulu jamak orang yang enggan singgah di terminal seluas 5 hektar itu karena takut bersinggungan dengan preman, kini asumsi itu pun terbantahkan.

Terminal Kota Tegal telah menjelma menjadi lokasi yang nyaman dan aman dikunjungi, bahkan seolah membius kita untuk betah berlama-lama di sana.

Baca juga: Jelajah Literasi, Antologi Kisah 20 Taman Baca Penggerak Mimpi Anak-anak

Melalui berbagai upaya keras, penggagas TBM Sakila Kerti dan relawannya banting tulang mencerdaskan pola pikir warga terminal.

Di tengah eksistensinya itu, satu per satu para penghuni terminal pun lama kelamaan mulai menyadari pentingnya asupan pendidikan bagi berlangsungnya kehidupan.

Para pelaku ekonomi yang keseharian bertaruh nasib di terminal Kota Tegal pun kian gemar membaca, berekspresi hingga mengikuti kegiatan pembelajaran di TBM Sakila Kerti.

Pada Jumat (17/8/2018), tim Gramedia berkesempatan berkunjung ke TBM Sakila Kerti di Terminal Kota Tegal. Sambutan hangat pun menyapa kedatangan tamu yang diwakili oleh Public Relation (PR) Gramedia, Intan Tri Damayanti.

Pagi itu sekitar pukul 09.00 WIB, terik matahari belum begitu panas menyengat kulit, puluhan pedagang asongan, pengamen dan pengemis yang aktif di TBM Sakila Kerti begitu antusias menyisakan waktunya menyongsong kedatangan tim Gramedia.

TBM Sakila Kerti menjadi salah satu pemenang dalam ajang Gramedia Reading Community Competion (GRCC) 2018. TBM Sakila Kerti dinilai konsisten dalam melebarkan sayap literasi dengan segala keterbatasannya dan memberikan dampak positif bagi warga sekitar.

Baca juga: Rumah Baca Lembah Sibayak, Membangunkan Anak-anak di Tanah Karo dari Tidur

Pendiri dan Pengelola TBM Sakila Kerti, Yusqon, menyampaikan, pada Desember 2011 dirinya dipercaya oleh Wali Kota Tegal saat itu, Ikmal Jaya‎, untuk mengelola ruangan seluas 4 meter x 6 meter di dalam terminal Kota Tegal.

Ketika itu, Yusqon tengah mempersiapkan ujian terbuka (life Skill) untuk program pendidikan doktor (S3) Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Yusqon‎ dengan mendirikan TBM Sakila Kerti yang bermakna "kecerdasan rasa". Kebetulan juga saat itu Pemkot Tegal memang sedang mencanangkan program "Tegal Cerdas".

"Lampu hijau dari Wali Kota Tegal saat itu untuk mengelola ruangan di terminal Kota Tegal adalah peluang terbaik saya. Saya dirikan TBM Sakila Kerti di terminal Kota Tegal. Hasil disertasi saya "long life education" sepertinya pantas untuk diterapkan di Terminal. Mengapa tidak? Pendidikan itu penting dan tidak pandang bulu," ungkap Yusqon kepada Kompas.com.

Suasana di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sakila Kerti, terminal Kota Tegal, Jawa Tengah, Jumat (17/8/2018).KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Suasana di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sakila Kerti, terminal Kota Tegal, Jawa Tengah, Jumat (17/8/2018).
Dimaki, tetapi pantang menyerah

TBM Sakila Kerti yang memiliki koleksi 400 buku kala itu diharapkan menjadi sarana baca gratis bagi pedagang, pengamen,‎ penge‎mis, sopir, kernek, penumpang dan warga terminal lainnya. TBM Sakila Kerti melayani pengunjung sejak pagi hingga malam.

Meski bertujuan mulia sebagai langkah awal untuk memutus rantai kebodohan, ternyata itu bukan perkara yang gampang. TBM Sakila Kerti terlihat asing bagi para penghuni terminal yang tidak mengamini keberadaannya saat itu.

‎Ya... di awal perjalanan menyebarkan virus literasi, Yusqon sendiri mengaku jamak mengalami‎ serentetan kejadian yang tidak menyenangkan. Entah itu berujung menganggu mental dan jiwanya, mulai dari cibiran, ancaman, pemalakan‎ dan sebagainya.

"Awal saya datang di terminal ini berangkat dari nol. Saya tidak kenal siapa pun. Stiker dan spanduk tentang TBM Sakila Kerti yang saya pasang di sudut-sudut terminal‎ berkali-kali dirobek. Saya juga dimaki, dipalak dan bahkan ban motor saya sering dikempesin hingga pentilnya dibuang. Jarak dari rumah ke terminal sekitar 7 kilometer. Saya jalani itu dengan ikhlas, sebab saya yakin pendidikan akan mengubah segalanya menjadi lebih baik," ungkap Yusqon, pria kelahiran 9 April 1965 ini.

Yusqon ‎yang telah bertekad mengentaskan buta aksara terus mencetuskan terobosan untuk menyedot pengunjung TBM Sakila Kerti. Pendekatan demi pendekatan guna menarik simpati warga terminal pun bertahap digencarkan. Saat itu, Yusqon hanya dibantu beberapa relawan termasuk istrinya, Sismiyati (50).

"Sering saya adakan pergelaran seni budaya dan pengajian di terminal Kota Tegal yang isinya menyinggung pentingnya pendidikan. Alhamdulilah, perlahan TBM Sakila Kerti mulai ada pengunjung hingga puluhan per harinya. Kini tercatat yang mendaftarkan diri menjadi pembaca di TBM Sakila kerti sekitar 100 orang. Saya merintis sendiri dengan istri selama dua tahun. Setelah itu baru ada relawan. Kini total relawan yang aktif 15 orang," kata Doktor jebolan Unnes ini.

Menyantrikan para preman

Sepak terjang bapak tiga anak ini dalam mengayuh TBM Sakila Kerti ternyata sampai juga ke telinga Pemerintah. Apresiasi dari berbagai pihak pun turut serta mengiringi laju TBM Sakila Kerti.

Tak hanya sekadar menjadi ruang baca, dalam perkembangannya TBM Sakila Kerti juga mulai bertransformasi menjadi sekolah baru bagi penduduk terminal yang mayoritas berusia di atas remaja. Langkah ini merupakan inovasi Yusqon yang dinamainya "Ladis Song Malam".

Ladis Song Malam sendiri kepanjangan dari Layanan dengan Inovasi Simultan untuk Pengasong Masyarakat Lansia Terminal. Target utama dari penerima manfaat kegiatan "Ladis Song Malam" adalah masyarakat miskin dan masyarakat yang termarjinalkan.

Karena menjadi pusat pendidikan non formal, TBM Sakila Kerti pun diperluas menjadi 6 meter x 15 meter, terbagi menjadi beberapa ruangan.

Untuk memanjakan pengunjung terminal dan para pembaca, di halaman depan TBM Sakila Kerti dioperasikan "Gerobak Literasi". Siapapun bisa bersantai sejenak membaca-baca buku gratis sambil menikmati minuman dan makanan yang dibeli di Gerobak Literasi.

Ada beberapa meja dan kursi yang tersedia di Gerobak Literasi. Sepekan sekali, para relawan TBM Sakila Kerti juga berkeliling ke terminal Kota Tegal untuk meminjamkan buku. Hingga saat ini koleksi buku TBM Sakila Kerti sudah sekitar 20.000 buah.

"Rumah akan berkesan baik jika penghuninya baik. Secara rutin kami bekali ratusan penghuni terminal mengaji dan belajar agama. Kami bimbing melalui buku-buku bernuansa agama. Silakan buku dibaca dan dibawa pulang. Ada kelas-kelasnya dengan beberapa pengajar. Yang tidak bisa membaca dan menulis, kami ajari sampai tuntas. Istilahnya kami menyantrikan para preman," tutur Yusqon.

Pendiri dan Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sakila Kerti, Yusqon bernyanyi di TBM Sakila Kerti, Terminal Kota Tegal, Jawa Tengah, Jumat (17/8/2018).KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Pendiri dan Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sakila Kerti, Yusqon bernyanyi di TBM Sakila Kerti, Terminal Kota Tegal, Jawa Tengah, Jumat (17/8/2018).
Upaya pendekatan TBM Sakila Kerti dalam menyantrikan para penghuni terminal mulai menunjukkan kemajuan signifikan. Terlebih lagi, dalam kelas-kelas belajar di TBM Sakila Kerti disisipkan pengetahuan tentang kesadaran akan hukum.

TBM Sakila Kerti juga menghidupkan bakat-bakat terpendam para penghuni terminal. Sejumlah karya puisi para pengasong, pengamen, pengemis terpajang di rak kayu TBM Sakila kerti.

"Alhamdulilah dengan bekal pendidikan, para penghuni terminal yang selama ini kurang diperhatikan menjadi lebih santun dan sadar akan hukum. Pola pikirnya berkembang. Dahulu sering ada perkelahian, mabuk-mabukan dan pemalakan di terminal, kini kekerasan itu telah hilang. Imej terminal yang seram sudah tak ada lagi. Kegiatan mereka lebih positif," katanya.

Sekolah Terminal

TBM Sakila Kerti kini menjadi denyut nadi bagi para penghuni di Terminal Kota tegal. Asa menjulang tinggi yang selama ini dirindukan telah berlabuh di terminal ini.

Taman baca yang merintis pendidikan luar sekolah sejak 2015 akhirnya berganti baju sebagai Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di tahun 2017. Mereka lebih getol menyebutnya "Sekolah Terminal".

Selain fokus pada TBM dan kegiatan pemberdayaan, juga melayani sekolah kejar paket A, B dan C. TBM Sakila Kerti juga menjadi pusat pendidikan Al Quran.

Saat ini untuk kejar paket A ada 40 murid, kejar paket B ada 12 murid dan kejar paket C ada 15 murid.

Meski tak berbayar, kenyataannya sulit mengajak seseorang yang mayoritas berusia tidak lagi muda untuk mengenyam pendidikan.

Yusqon dan para relawan bahkan rela door to door atau mendatangi langsung para siswa yang enggan bersekolah. Selayaknya les privat, mereka datang ke kios-kios para pedagang dan mengajarinya sesuai kurikulum pemerintah.

Yusqon sendiri bercita-cita akan berupaya keras "menguliahkan" murid TBM Sakila Kerti yang berkualitas.

"Semua siswa penghuni terminal dan gratis. Kalau lulus kantongi ijazah kejar Paket C dan TPQ. Rencananya nanti jika ada yang pintar dan lulus paket C akan kami kuliahkan. Tidak mudah memang mengajak seseorang yang sudah tak lagi muda untuk bersekolah. 15 siswa bahkan kami datangi langsung ke kios-kiosnya, selayaknya les privat. Rata-rata malu dan malas karena umur. Itu pun ikhlas kami lakukan. Saat ini total ada 10 pengajar relawan di TBM Sakila Kerti," kata Yusqon.

BERSAMBUNG: Baca juga: Di Taman Baca Ini, Sisri Keluar dari Depresi, Martini Tak Lagi Ngawur Berhitung (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com