Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Taman Baca Sakila Kerti, Tempuh Bahaya agar Preman Terminal Berubah (1)

Kompas.com - 27/09/2018, 12:42 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Dimaki, tetapi pantang menyerah

TBM Sakila Kerti yang memiliki koleksi 400 buku kala itu diharapkan menjadi sarana baca gratis bagi pedagang, pengamen,‎ penge‎mis, sopir, kernek, penumpang dan warga terminal lainnya. TBM Sakila Kerti melayani pengunjung sejak pagi hingga malam.

Meski bertujuan mulia sebagai langkah awal untuk memutus rantai kebodohan, ternyata itu bukan perkara yang gampang. TBM Sakila Kerti terlihat asing bagi para penghuni terminal yang tidak mengamini keberadaannya saat itu.

‎Ya... di awal perjalanan menyebarkan virus literasi, Yusqon sendiri mengaku jamak mengalami‎ serentetan kejadian yang tidak menyenangkan. Entah itu berujung menganggu mental dan jiwanya, mulai dari cibiran, ancaman, pemalakan‎ dan sebagainya.

"Awal saya datang di terminal ini berangkat dari nol. Saya tidak kenal siapa pun. Stiker dan spanduk tentang TBM Sakila Kerti yang saya pasang di sudut-sudut terminal‎ berkali-kali dirobek. Saya juga dimaki, dipalak dan bahkan ban motor saya sering dikempesin hingga pentilnya dibuang. Jarak dari rumah ke terminal sekitar 7 kilometer. Saya jalani itu dengan ikhlas, sebab saya yakin pendidikan akan mengubah segalanya menjadi lebih baik," ungkap Yusqon, pria kelahiran 9 April 1965 ini.

Yusqon ‎yang telah bertekad mengentaskan buta aksara terus mencetuskan terobosan untuk menyedot pengunjung TBM Sakila Kerti. Pendekatan demi pendekatan guna menarik simpati warga terminal pun bertahap digencarkan. Saat itu, Yusqon hanya dibantu beberapa relawan termasuk istrinya, Sismiyati (50).

"Sering saya adakan pergelaran seni budaya dan pengajian di terminal Kota Tegal yang isinya menyinggung pentingnya pendidikan. Alhamdulilah, perlahan TBM Sakila Kerti mulai ada pengunjung hingga puluhan per harinya. Kini tercatat yang mendaftarkan diri menjadi pembaca di TBM Sakila kerti sekitar 100 orang. Saya merintis sendiri dengan istri selama dua tahun. Setelah itu baru ada relawan. Kini total relawan yang aktif 15 orang," kata Doktor jebolan Unnes ini.

Menyantrikan para preman

Sepak terjang bapak tiga anak ini dalam mengayuh TBM Sakila Kerti ternyata sampai juga ke telinga Pemerintah. Apresiasi dari berbagai pihak pun turut serta mengiringi laju TBM Sakila Kerti.

Tak hanya sekadar menjadi ruang baca, dalam perkembangannya TBM Sakila Kerti juga mulai bertransformasi menjadi sekolah baru bagi penduduk terminal yang mayoritas berusia di atas remaja. Langkah ini merupakan inovasi Yusqon yang dinamainya "Ladis Song Malam".

Ladis Song Malam sendiri kepanjangan dari Layanan dengan Inovasi Simultan untuk Pengasong Masyarakat Lansia Terminal. Target utama dari penerima manfaat kegiatan "Ladis Song Malam" adalah masyarakat miskin dan masyarakat yang termarjinalkan.

Karena menjadi pusat pendidikan non formal, TBM Sakila Kerti pun diperluas menjadi 6 meter x 15 meter, terbagi menjadi beberapa ruangan.

Untuk memanjakan pengunjung terminal dan para pembaca, di halaman depan TBM Sakila Kerti dioperasikan "Gerobak Literasi". Siapapun bisa bersantai sejenak membaca-baca buku gratis sambil menikmati minuman dan makanan yang dibeli di Gerobak Literasi.

Ada beberapa meja dan kursi yang tersedia di Gerobak Literasi. Sepekan sekali, para relawan TBM Sakila Kerti juga berkeliling ke terminal Kota Tegal untuk meminjamkan buku. Hingga saat ini koleksi buku TBM Sakila Kerti sudah sekitar 20.000 buah.

"Rumah akan berkesan baik jika penghuninya baik. Secara rutin kami bekali ratusan penghuni terminal mengaji dan belajar agama. Kami bimbing melalui buku-buku bernuansa agama. Silakan buku dibaca dan dibawa pulang. Ada kelas-kelasnya dengan beberapa pengajar. Yang tidak bisa membaca dan menulis, kami ajari sampai tuntas. Istilahnya kami menyantrikan para preman," tutur Yusqon.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com