Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Baca Lembah Sibayak, Membangunkan Anak-anak di Tanah Karo dari "Tidur"

Kompas.com - 27/09/2018, 08:25 WIB
Iqbal Fahmi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Melestarikan budaya

Tanah Karo dapat diibaratkan sebagai supermarket budaya yang wajib dilestarikan oleh generasi penerus. Kearifan lokal bangsa Karo tak hanya berbentuk adat istiadat, namun juga kuliner, bahasa dan tata aksara, seni musik, tari hingga seni kriya.

RBLS dalam hal ini juga mengambil peran sebagai penjaga gawang lestarinya budaya suku Karo. Melalui program RBLS culture, Ari dkk mencoba menggali budaya bangsa yang diwariskan oleh leluhur dan mengenalkannya kepada anak-anak binaan.

“Program ini diikuti oleh lima orang relawan yang membentuk kelompok seni. Mereka kemudian mengajarkan seni tradisional Karo kepada anak-anak. Saat ini kelompok seni RBLS telah beberapa kali tampil di panggung pertunjukan seperti Festival Budaya Karo, Festival Film Anak Medan, dan lain-lain,” katanya.

Untuk mengasah otak kanan meraka, RBLS juga memfasilitasi anak-anak untuk belajar melukis.

Hasil lukisan anak-anak ini kemudian dijual kepada masyarakat umum melalui media sosial. Uang hasil penjualan digunakan untuk biaya operasional RBLS serta membiayai kegiatan RBLS art di bulan berikutnya.

“Atas bantuan sejumlah filantropis dari Singapura, anak-anak juga dilibatkan dalam proses pembuatan meja belajar terutama dalam mewarnai atau menggambar meja-meja mungil tersebut. Sebanyak 85 meja belajar yang dilukis sendiri oleh anak-anak dan dibagikan secara gratis agar mereka semakin semangat belajar,” ujarnya.

Menjawab masa depan

Arus globalisasi yang sangat pesat membuat kemajuan digital makin tak terbendung. Teknologi informasi yang ada sekarang pun semakin mempermudah pintu interaksi. Komunikasi dewasa ini hampir tanpa sekat, tak terhalang jarak, bahkan lintas negara.

“Kami sadar arus globalisasi akan menggiring kita kepada persaingan terbuka, untuk itu kami memberikan pelatihan dasar komputer dan bahasa inggris kepada anak-anak agar mereka dapat menjadi agen-agen perubahan yang memilki wawasan global namun tetap berbudaya lokal,” katanya.

Pada akhirnya, proses memang tak pernah berdusta. Hanya dalam kurun waktu satu tahun, RBLS telah memiliki sekretariat tetap di jalan raya menuju obyek wisata pemandian air panas Sidebuk Debuk.

Di rumah itu, 150 anak didik yang tersebar dari penjuru Lembah Sibayak menggantungkan harapan. Bersama para relawan pejuang literasi, yakni Ira br Ginting, Sekar Ayu, Renta Nababan, Laksana Ginting, Maradona Sembiring, Hermonsyah Barus, Hena Br Barus, Sinsy br Ginting, Agustana Sembiring, Hasmiah Br Tarigan, Andriana br Sembiring, Heri Barus dan Pendi Ginting.

Kerelaan dan kerja keras mereka telah membawa Rumah Baca Lembah Sibayak menjadi salah satu pemenang dalam ajang Gramedia Reading Community Competion (GRCC) 2018.

“Kami berharap semangat literasi yang diberikan kepada anak-anak dapat mencetak generasi penerus yang berkulaitas. Merekalah yang akan memutus rantai kesenjangan sosial dan menjadi agen-agen penata nilai masyarakat kelak,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com