Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Baca Lembah Sibayak, Membangunkan Anak-anak di Tanah Karo dari "Tidur"

Kompas.com - 27/09/2018, 08:25 WIB
Iqbal Fahmi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Selama hampir dua tahun, SoI bergerak merekrut anak-anak Lembah Sibayak melalui kelompok bermain. Semua kegiatan dilakukan di luar ruangan dengan menggunakan media belajar yang beragam. Kelompok bermain inilah yang menjadi embrio komunitas rumah baca yang berdiri pada 5 Juni 2017 tersebut.

“Karena saat itu Gunung Sinabung sedang erupsi sehingga anak-anak membutuhkan sebuah rumah sekretariat agar tidak terpapar bahaya abu vulkanik,” tutur Ari yang merupakan Sarjana Pertanian Universitas Pembangunan Masyarakat Indonesia.

Pada akhirnya, Ari berkomunikasi sekaligus meminta izin masyarakat untuk mengumpulkan anak-anak di jambur (aula) desa. Ari dan relawan membawa 70 buku koleksinya untuk dibaca oleh anak-anak-anak di dalam jambur. Inilah yang menjadi cikal bakal Rumah Baca Lembah Sibayak.

Menanti-nanti buku

Halimun lembut mengepung sepotong pagi di pamah lembah Gunung Sibayak. Dingin udara yang menggigit kulit tak menyurutkan semangat anak-anak di Desa Doulu untuk berkumpul di jambur desa, Minggu (26/8/2018) pagi.

Mereka menanti kedatangan relawan Rumah Baca Lembah Sibayak yang setiap akhir pekan selalu datang untuk mengajak anak-anak kampung membaca buku ramai-ramai.

Tidak lama kemudian, Ari datang menggunakan sepeda motor. Dua keranjang penuh buku terikat di jok belakang.

Baca juga: Cerita Tia yang Tak Peduli Tak Digaji agar Anak-anak Bisa Membaca (2)

Anak-anak yang sebelumnya asyik bermain seketika menghambur. Satu per satu berebut salam dengan sang kakak yang akan menemani mereka belajar membaca hingga nanti siang.

Baca buku ramai-ramai (Babura) merupakan program pustaka keliling yang digiatkan oleh rumah baca ini untuk menjangkau kampung-kampung terpencil di Lembah Sibayak. Kegiatan Babura dilakukan rutin tiga kali dalam seminggu di tiga jambur berbeda.

“Jika jambur sedang digunakan untuk kegiatan masyarakat, maka kami memanfaatkan pekarangan rumah warga atau lapangan sebagai tempat pengganti,” kata Ari yang memiliki usaha budidaya lebah madu itu.

Ari menuturkan, selain Babura, RBLS juga memiliki berbagai program seperti pos baca, visual literas, project surat dan kartu pos, project mebel, RBLS art, RBLS culture, RBLS english dan RBLS computer. Bahkan, untuk melatih fungsi motorik anak, RBLS juga menggelar program senam sehat dan pelatihan soft skill.

“Visual literasi adalah sebuah program belajar memahami tentang ilmu dan pengetahuan di alam  terbuka. Dengan membawa anak untuk melihat secara langsung apa yang dipelajari, akan membuat mereka lebih mudah memahami hal tersebut,” ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com