Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Jawa Barat Butuh Pak Jokowi Sekali Lagi

Kompas.com - 26/09/2018, 18:52 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Tim Pemenangan Daerah Jawa Barat untuk Jokowi-Ma’ruf Amin, Dedi Mulyadi mengatakan, sosok Joko Widodo sangat dibutuhkan oleh rakyat Jawa Barat. Sebab, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut sangat fenomenal dalam pembangunan infrastruktur.

Dedi menjelaskan, Jawa Barat yang memiliki wilayah sangat luas berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang banyak, sehingga pemilih di Jawa Barat dikatakan paling besar di Indonesia.

Pertimbangan tersebut, kata Dedi, menjadi dasar rakyat Jawa Barat untuk memilih Jokowi agar memimpin Indonesia satu kali lagi.

“Jawa Barat membutuhkan Pak Jokowi sekali lagu untuk mewujudkan konektivitas wilayah. Ini daerah luas sekali, satu sama lain harus terkoneksi. Nah, caranya yaitu dengan membangun infrastruktur yang terkoneksi pula,” kata Dedi di Hotel Grand Pasundan, Kota Bandung, Rabu (26/9/2018).

Dedi mengatakan, Jokowi masih sangat dibutuhkan oleh rakyat Jawa Barat agar perencanaan pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang berjalan tidak malah terbengkalai.

Menurut dia, pembangunan infrastruktur di Jawa Barat sangat dibutuhkan untuk menunjang mobilitas ekonomi dengan tujuan arus distribusi barang dan jasa bisa lebih mudah dilakukan.

“Keuntungan pembangunan infrastruktur itu ada dua. Pertama arus barang dan jasa, kemudian yang kedua mobilitas manusia menjadi lebih cepat. Keduanya melahirkan profit dan benefit ekonomi secara langsung. Output-nya, kesejahteraan yang merata,” ujarnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Orang Jawa Barat Ingin Dinomorsatukan

Mantan Bupati Purwakarta tersebut mengalami sendiri efek domino yang dihasilkan dari pembangunan infrastruktur.

Saat menjabat sebagai bupati, dirinya juga fokus pada jenis pembangunan infrastruktur, terutama jalan raya. Hasilnya, sektor lain seperti pariwisata ikut terdongkrak.

“Pengaruhnya bukan saja item tadi. Nanti, sektor pariwisata akan ikut mendapatkan manfaat. Bagaimana wisatawan mau datang kalau infrastruktur kita enggak bagus,” tuturnya.

Konektivitas infrastruktur

Selain itu, Dedi mengatakan, konektivitas infrastruktur juga dibutuhkan sampai ke tingkat desa. Dana desa, menurut dia, harus ditingkatkan dan dimaksimalkan.

Sebab, selama ini hal tersebut menjadi andalan pemerintah pusat untuk melakukan pembangunan pedesaan dan harus terus dimaksimalkan.

Melalui cara ini, satu desa dengan desa lain tidak akan saling berkompetisi, melainkan saling melengkapi. Sebab, ada pertukaran potensi dan produk unggulan dari masing-masing desa tersebut.

“Kiai Ma’ruf Amin menyampaikan konsep ekonomi Pancasila. Sebuah cara berekonomi yang tidak saling membunuh, tetapi saling menguatkan. Cermin pola ekonomi seperti itu ada di desa. Ada pertukaran hasil bumi dari satu desa dengan desa lain. Itu terjadi di pasar desa atau kecamatan, dan itu buah infrastruktur yang bagus,” katanya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Usul Debat Pilpres Tak Usah Dihadiri Penonton

Dedi mengakui, Jokowi selama menjadi presiden RI lebih banyak mengedepankan pembangunan infrastruktur. Namun hal tersebut malah dijadikan alat serang pihak oposisi.

Menurut Dedi, wajar saja hal tersebut dilakukan oleh oposisi. Namun demikian, logika tentang pembangunan infrastruktur harus diluruskan agar tidak menimbulkan sesat di masyarakat.

“Rakyat memang tidak makan infrastruktur, tapi rakyat butuh infrastruktur untuk makan,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com