Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Aldo Ingin Jadi Penulis Andal meski Tak Bisa Bicara (2)

Kompas.com - 26/09/2018, 15:51 WIB
Iqbal Fahmi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Mimpi Aldo

Aldo (10) memiliki kepribadian yang cenderung tertutup. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi fisik Aldo yang merupakan penyandang disabilitas tunawicara.

Berasal dari keluarga yang kurang mampu membuat Aldo tidak bisa belajar di sekolah berkebutuhan khusus. Namun ia tetap semangat mengenyam pendidikan formal dengan bersekolah di SD Negeri 214 Palembang.

Dengan keterbatasan verbal yang dimiliki, Aldo sering menjadi korban perundungan oleh teman-temannya sendiri. Namun berkat perlindungan kakaknya, dan dukungan para relawan RBC, Aldo yang duduk di bangku kelas 4 SD ini dapat kembali meraih kepercayaan diri.

Dia sangat senang berada di Rumah Belajar Ceria.

Aldo selalu menunggu setiap hari Minggu tiba. Sebab di hari itu, dia bisa berkumpul dengan kawan-kawan yang baik di rumah belajar.

Selain itu, dia juga punya kesempatan untuk meminjam buku baru dari perpustakaan RBC. Bagi Aldo, buku adalah sarana yang dapat membantu dirinya untuk mengungkapkan ekspresi.

“Saya suka membaca, dan saya selalu menulis pengalaman apa yang saya dapat dari buku yang saya pinjam,” katanya menggunakan bahasa isyarat.

Dengan membaca, Aldo dapat belajar mengenal dirinya sendiri. Hasil tulisannya selalu diberikan kepada relawan setiap akhir pekan. RBC telah memberikan wadah dan peluang untuk Aldo menggapai masa depan sebagai penulis andal.

Geliat ekonomi kreatif

Rendahnya tingkat pendidikan anak-anak di Kampung Sungai Pedado tidak dapat terlepas dari faktor ekonomi yang selama ini membelenggu orangtua mereka. Tak pelak, muncul anggapan jika mustahil dapat merubah kesadaran literasi masyarakat tanpa menyentuh peningkatan kesejahteraan komunal.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, RBC menunjuk salah satu relawan, Fajar Aditya Emozha, untuk fokus mendampingi masyarakat dalam pengembangan bidang ekonomi kreatif serta kewirausahaan.

Selama dua tahun terakhir, tiga bidang usaha yang telah berjalan antara lain budidaya dan pengolahan jamur crispy, kerajinan kasur lihab khas Palembang, hingga pertanian hidroponik rumahan.

“Bidang usaha ini kami khususkan untuk keluarga prasejahtera dan janda yang banyak terdapat di Kampung Sungai Pedado,” katanya.

Fajar menuturkan, ada sekitar 26 keluarga yang terlibat dalam usaha budidaya jamur tiram untuk diolah menjadi camilan jamur crispy. Produk jamur crispy diberi jenama ‘mac-mur’, dikemas dalam ukuran 100 gram dan dipasarkan dengan harga Rp 15.000.

“Sementara 10 keluarga lainnya, kata Fajar, saat ini tengah didampingi untuk mengembangkan produk kerajinan kasur lihab khas Palembang. Kami membantu warga untuk memasarkan produk mereka dengan cara online di media sosial,” ungkapnya.

Lebih dari 25 persen keluarga di Kampung Sungai Pedado merupakan janda yang tidak memiliki pekerjaan tetap.

Untuk menanggulangi kerawanan finansial itu, Fajar dan sejumlah relawan memberdayakan 40 dari 56 janda di sana untuk memulai budidaya tanaman sayur organik menggunakan teknik hidroponik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com