Lawan narkoba
Saban hari, sekitar 30 anak berkumpul. Mereka berkumpul selepas mengaji pada sore hari, Senin hingga Jumat. Praktis aktivitas baru ada sore hari. Hanya Sabtu dan Minggu saja mereka hadir sejak pagi hingga siang hari di rumah baca itu.
“Kami ingin anak-anak ini gemar membaca. Selain itu, ini membantu orangtua mereka juga, jadi tak khawatir anaknya bermain ke mana dan dengan siapa. Sudah pasti bermain ke sini,” tuturnya.
Kekhawatiran terbesar Tia adalah maraknya peredaran narkoba di Aceh. Dia ingin, anak-anak mendapat pengetahuan untuk menghindari barang haram itu sejak berusia dini.
Beruntung mereka memiliki tujuh relawan yang siap tak digaji, yang sepenuh hati mendidik anak-anak dari lima desa di kecamatan itu, yakni Desa Lancok, Jambo Timu, Mesjid, Kuala dan Desa Blang Teu.
Saat ditanya dari mana mereka membiayai listrik, air dan biaya operasional kegiatan, Tia terdiam. Dia menarik nafas pelan.
“Masih pakai uang pribadi dan sumbangan-sumbangan dari seluruh masyarakat yang ada. Belum ada dari pemerintah,” katanya.
Dalam sebulan, setidaknya mereka butuh dana Rp 1 juta. Belum lagi jika menggelar kegiatan di rumah baca itu.
“Kan butuh biaya buat hadiah anak-anak. Walau kecil nominal rupiahnya, itu penting untuk memotivasi anak. Jika kami punya uang, kami buat kegiatan lomba antar anak, bisa mendongeng dan lain sebagainya. Jika tidak, lombanya kami tiadakan, begitu juga mengikuti event lomba di lembaga lain,” tutur dia.
BERSAMBUNG: Cerita Tia yang Tak Peduli Tak Digaji agar Anak-anak Bisa Membaca (2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.