Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerinduan Terdalam Rumoh Baca Hasan-Savvaz, Anak-anak Jauh dari Narkoba (1)

Kompas.com - 25/09/2018, 20:21 WIB
Masriadi ,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com – Hari masih pagi ketika kami tiba di membelah jalan menuju Desa Jambo Timu, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Aceh, Sabtu (18/8/2018).

Rute yang kami pilih yaitu lintas Lhokseumawe menuju Medan. Setiba di Lapangan Sepak Bola Punteut, Lhokseumawe, kami lalu berbelok ke kiri. Kiri-kanan jalan membentang tambak milik petani lokal.

Udara sejuk menerabas masuk lewat mobil yang dikemudikan Fityan Yudhan, Public Relations PT Gramedia Asri Utama. Kami sedang menuju Rumoh Baca Hasan-Savvaz, salah satu pemenang Gramedia Reading Community Competition (GRCC) 2018.

Tak mudah menuju lokasi rumah baca itu. Mobil kerap berbelok menyusuri jalan desa nan lumayan mulus. Sebagian masih berbatu dan berdebu. Sebagian lagi telah aspal dengan lubang pada beberapa bagian jalan.

Baca juga: Jelajah Literasi, Antologi Kisah 20 Taman Baca Penggerak Mimpi Anak-anak

Agustia, seorang relawan dari rumah baca itu, memandu kami. Dia mengendarai sepeda motor di depan mobil yang melaju pelan. Butuh waktu sekitar 20 menit dari pusat Kota Lhokseumawe menuju rumah baca yang didirikan 2006 silam itu.

Begitu memasuki pekarangan rumah yang penuh dengan pohon kelapa, sejumlah anak berusia lima tahun hingga 12 tahun menyambut.

Mereka duduk rapi di dalam gedung yang dibangun dengan dana Pemerintah Australia tahun lalu dan duduk di lantai beralaskan tikar seadanya.

Proses belajar mengajar di Rumoh Baca Hasan-Savvaz di Desa Jambo Timu, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Sabtu (18/8/2018) KOMPAS.com/Masriadi Sambo Proses belajar mengajar di Rumoh Baca Hasan-Savvaz di Desa Jambo Timu, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Sabtu (18/8/2018)

Di dinding di belakang mereka, terpasang rak tempat penyimpanan buku. Aneka buku bacaan terpajang, dari bacaan anak-anak, kartun, dongeng, hingga Tafsir Al Misbah karya Prof Qurais Shihab yang tersohor.

“Awalnya kakak saya yang dirikan rumah baca ini. Modal awal kami sulap kamar menjadi tempat membaca. Seiring waktu, tak muat lagi menampung anak-anak,” kata Mutia Hasan, pengelola rumah baca itu.

Sang kakak, Zainah Rahmiati, lulusan magister dari Australia yang gigih memperjuangkan rumah baca itu. Namun, setelah bekerja di Surabaya, Jawa Timur, kini Tia, panggilan akrab Mutia Hasan, yang mengelola.

Rumoh, kata Tia, berarti rumah. Nama Hasan diambil dari nama orangtua mereka, sedangkan Savvaz merupakan dosen pembibing tesis Zainah.

Belasan tahun mendirikan rumah baca itu, Zainah lalu mengirimkan proposal pembangunan gedung pada Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

Pihak Kedutaan memberikan bantuan hingga bangunan dengan luas sekitar 12 x 10 meter itu berdiri. Sayangnya belum ada mobiler seperti tempat duduk bagi anak nelayan dan petani di desa itu.

“Kalau buku-buku sebagian besar koleksi pribadi, sebagian lagi bantuan dari asosiasi pelajar Indonesia di Australia. Itu jaringan kakak saya. Ada juga buku dari Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Wilayah Aceh,” ungkap Tia.

Bersambung ke halaman dua:

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com