KOMPAS.com — New Yogyakarta International Airport (NYIA) dan Bandara Adisucipto akan beroperasi bersama-sama mulai April 2019.
Bandara NYIA diyakini akan menampung sekitar 14-20 juta orang per tahun. Bandara NYIA secara khusus melayani penerbangan internasional dan beberapa domestik.
Bandara Adisucipto hanya diperuntukkan bagi penerbangan domestik. Selain itu, NYIA memiliki desain anti-gempa dan tsunami serta crisis center bagi warga sekitar.
Berikut sejumlah fakta terkait NYIA di Kulon Progo, DIY.
Penerbangan dengan destinasi Malaysia dan Singapura yang selama ini dilayani maskapai Silk Air dan Air Asia akan dialihkan ke NYIA setelah bandara di Kabupaten Kulon Progo rampung.
“Penerbangan internasional ini juga tambah dua penerbangan mulai Oktober 2018 ini dan dari dua maskapai yang ada,” kata Agus Pandu Purnama, General Manager AP I untuk Adisutjipto, Kamis (20/9/2019).
Bandara NYIA dirancang mampu melayani 20 juta penumpang tiap tahunnya.
Hal tersebut sangat mungkin tercapai apabila melihat ukuran landasan pacu yang dimiliki, yaitu panjang 3.250 meter dan lebar 60 meter. Ukuran tersebut cukup untuk pesawat dengan badan lebar dan besar.
AP menargetkan seluruh pembangunan selesai di akhir Maret 2019 dan NYIA mulai melayani penerbangan pada April 2019. Tahap awal, penerbangan internasional menjadi prioritas di NYIA.
Baca Juga: 2 Bandara di Yogyakarta akan Beroperasi Bersama Tahun Depan
Bandara Adisuptio didesain untuk menampung 2 juta penumpang setiap tahunnya, namun saat ini angkanya sudah mencapai 8 juta penumpang per tahunnya.
Jumlah tersebut telah melebihi kapasitas bandara yang memiliki 188 penerbangan itu.
“Pertumbuhan penumpang luar biasa. Terdapat 26.000 penumpang per hari,” kata Pandu. Faktor pariwisata di DIY menjadi salah satu faktor banyak orang datang ke Yogyakarta.
Untuk itu, AP I memutuskan akan membagi layanan antara Adisutjipto dengan NYIA, setelah NYIA selesai pembangunannya dan bisa beroperasi pada April 2019 mendatang.