Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nenek Habsah Melipat Harapan di Gubuk Reyot dalam Kesendirian...

Kompas.com - 23/09/2018, 17:09 WIB
Masriadi ,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

ACEH UTARA, KOMPAS.com – Habsah (75) duduk di pintu rumahnya di Desa Seunubok Baro, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (23/9/2018).

Bangunan yang disebutnya rumah itu hanyalah gubuk reyot dengan dinding pelepah pohon rumbia.

Sekilas gubuk itu mirip kandang ternak. Beratap daun rumbia dengan beberapa bagian tak tertutup oleh pelepah rumbia yang dijadikan dinding. Ukurannya 3 x 4 meter.

Tak ada kamar, tak ada pula ruang tamu. Bangunan persegi empat itu menjadi kamar, ruang tamu, hingga dapur untuk wanita ringkih tersebut.

Namun di situlah, Habsah menghabiskan hari tuanya.

Baca juga: Menabung 10 Tahun, Nenek Penjual Ikan Asin Akhirnya Berangkat Haji

Jika malam hari, Habsah hanya menghidupkan lampu templok karena rumah itu tidak tersambung jaringan listrik.

Ibu tiga anak itu menempati gubuk tersebut sejak awal tahun ini. Sebelumnya, dia menempati rumahnya tak jauh dari gubuk itu. Namun, rumah itu dibongkar karena sudah lapuk dan membahayakan jika ditempati.

Sebagian kayu yang masih bagus diberikan untuk anaknya untuk digunakan menempel bangunan rumah. Nenek ini juga tak ingin merepotkan buah hatinya.

“Saya tak mau merepotkan. Ini gubuk dibangun anak laki-laki saya, Maimun, sejak suami saya meninggal dunia sepuluh tahun lalu. Anak saya juga rata-rata kesulitan ekonomi,” ungkapnya dengan suara berat.

Baca juga: Kisah Nenek 89 Tahun Terjebak dalam Kebakaran Selama 1 Jam karena Dikurung di Rumah

Siang itu, dia sedang melipat pakaian di atas dipan yang dijadikan tempat tidur. Terkadang dia menginap di rumah anaknya. Namun seringkali di gubuk reyot itu.

Jika hujan, tubuh keriputnya harus bertahan menghadapi tempias air dan dinginnya menusuk tulang.

Habsah mengatakan, semenjak suaminya meninggal dunia sekitar sepuluh tahun lalu, dia mengaku kesepian, tetapi terpaksa harus hidup seorang diri. Ketiga anaknya sudah pada berkeluarga.

Untuk makanan sehari-hari, seringkali Habsah menerima bantuan dari masyarakat desa itu. Tubuhnya nan ringkih tak memungkinkan untuk bekerja lagi.

Baca juga: Cerita Nenek 80 Tahun Sempat Tolak Sepeda dari Jokowi

Pada usia senja, Habsah tak memiliki keinginan berlebihan. Dia hanya ingin bertahan hidup di tanah kelahirannya hingga akhir usia.

“Saya hanya ingin bertahan sampai Allah memanggil saya. Saya nikmati apa yang ada,” ungkapnya tegar.

Kepala Desa Seunubok Baro, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Ismail, menyebutkan, dalam beberapa hari terakhir ini, bantuan dari beberapa pihak juga berdatangan untuk nenek tersebut.

“Kadang Nek Absah menginap di rumah anaknya. Semoga ada bantuan rumah layak juga buat Nek Absah,” katanya.

Baca juga: Cerita Nenek Cicih Jual Tanah demi Hidup dan Digugat 4 Anak Kandungnya

Hujan mulai turun perlahan.

Habsah lalu membereskan pakaian dan segala harapan yang sudah dilipatnya, lalu memasukkannya satu per satu ke dalam kardus yang dianggap sebagai lemari....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com