GRESIK, KOMPAS.com – Sudah menggunakan kacamata saat masih di bangku sekolah, tak membuat Mahruz Ali Fawwaz (11) berkecil hati.
Hal ini justru memotivasinya menciptakan lampu ramah mata.
Siswa SD Muhammadiyah Manyar, Gresik, Jawa Timur ini mengaku tidak nyaman harus beraktivitas dengan bantuan kacamata.
Baca juga: Rumah Hanya Diterangi Lampu Minyak, Murid Ini Selesaikan PR di Sekolah
"Saya sendiri sudah pakai kacamata sejak kelas dua, tidak nyaman sih. Makanya saya coba ciptakan lampu ini dengan harapan bisa membantu teman-teman atau anak-anak lain agar tidak sampai menggunakan kacamata seperti saya," kata Mahruz kepada Kompas.com, Selasa (18/9/2018).
Demi mewujudkan keinginannya tersebut, Mahruz kemudian melakukan eksperimen.
Mulai melakukan survei, menyebar kuisioner kepada rekan-rekannya satu sekolah, hingga merakit lampu yang nyaman bagi mata.
Baca juga: 5 Fakta Pemadaman Listrik di Jabar, Stasiun Mati Lampu hingga PLN Minta Maaf
Akhirnya dengan dibantu guru pendamping, Muhammad Fadholi Aziz, siswa kelas 4 SD ini pun mulai merakit benda yang dinamakan "Superlamp". "Superlamp" adalah sebuah lampu yang dikombinasikan dengan sensor cahaya.
"Lampu ini akan bekerja bila pencahayaan yang ada di sekitar kita berkurang. Jadi begitu tidak ada cahaya atau cahaya di ruangan itu berkurang, maka secara otomatis lampu akan menyala. Saya buat otomatis dan tidak lagi harus tekan tombol on-off," ujar Mahruz.
Baca juga: Lampu Lalin di Perempatan Kramat Diaktifkan, Arus Kendaraan Lebih Teratur
"Awalnya sempat pakai LDR (light dependent resistor), tetapi cahaya tidak stabil dan tidak sesuai dengan harapan. Kemudian saya ubah dengan menggunakan arduino uno (micro controller), alhamdulillah lampu sudah bisa stabil. Sementara juga masih pakai adaptor, tetapi kalau mau praktis lagi bisa kok pakai baterai dengan daya 6 volt," ucapnya.
Mahruz mengaku butuh waktu sekitar empat bulan untuk mewujudkan "Superlamp" sesuai harapan.
Baca juga: Viral, Video Lampu Lalu Lintas Hijau di Semarang Hanya 5 Detik
Terhitung mulai dari melakukan survei hingga mewujudkan lampu yang bisa digunakan.
“Paling lama dan sulit itu di bagian pengerjaan pemrograman, butuh waktu hampir dua bulan. Karena di situ saya harus menggabungkan perangkat demi perangkat serta menghitung daya supaya lampu bisa benar-benar bekerja maksimal saat digunakan," kata Mahruz.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.