Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di Polewali Sewa Pompa untuk Sedot Air Sungai demi Atasi Kemarau

Kompas.com - 22/09/2018, 12:03 WIB
Junaedi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Para petani di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terpaksa menyedot air sungai untuk mengairi berhektar-hektar lahan pertanian di kelompoknya.

Hal ini dilakukan karena musim kemarau yang membuat mereka menganggur selama beberapa bulan.

Untuk menyedot air sungai, mereka terpaksa harus membayar Rp 800.000 perhari demi menyewa alat pompa.

Ini dilakukan warga agar usaha pertanian yang menjadi tumpuan mata pencaharin mereka tetap berkelanjutan meski musim kemarau melanda.

Seperti yang dilakukan Musa dan Thamrin, dua petani Dusun Kampuno, Kecamatan Tumpiling, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar.

Baca juga: Berkah Kemarau, Warga Olah Umbi Sikapa Jadi Camilan Enak

Mereka memilih menyewa mesin pompa untuk mengairi lahan mereka lantaran stres sudah lebih satu bulan menganggur dan tak ada aktivitas apa pun.

Maklum, sejak kemarau panjang tiga bulan terakhir menyebakan air irigasi tak cukup mengairi lahan mereka, sehingga mengganggu jadwal turun sawah.

Air sungai kemudian dialirkan melalui jaringan irigasi ke lahan persawahan mereka.

“Dari pada lama stres di rumah tidak ada pekerjaan, lebih baik turun ke sawah meski harus menyewa mesin penyedot air yang biayanya mungkin tidak kecil,” kata Musa.

Petani setempat membutuhkan 150 liter bahan bakar solar seharga Rp 800.000 untuk menjalankan dua mesin pompa selama 24 jam tanpa henti setiap hari.

Agar Tetap Bertani di Musim Kemarau, Petani di Polewali Mandarsulawesi barat yang bosan menganggur slma musim kemarau memilih menyedot air dari sungai menggunakna mesin alkom agar mereka bisa menggarap lahan mereka di musim kemarau.KOMPAS.Com Agar Tetap Bertani di Musim Kemarau, Petani di Polewali Mandarsulawesi barat yang bosan menganggur slma musim kemarau memilih menyedot air dari sungai menggunakna mesin alkom agar mereka bisa menggarap lahan mereka di musim kemarau.

 

Mesin pompa ini rencananya akan terus dioperasikan sejak masa garap, tanam, hingga masa bunting atau menjelang masa panen.

Demi menutupi biaya yang tidak ringan tersebut, para petani dan pemilik lahan sepakat akan mengeluarkan 15 persen hasil panen mereka pada masa panen mendatang.

Untuk sementara, seluruh biaya operasional mesin pompa saat ini seluruhnya ditanggung oleh pemilik mesin yang mereka sewa.

Baca juga: Kemarau, Kawanan Monyet Ekor Panjang Serbu Ladang dan Rumah

 

Para petani menilai, meski biaya sewa pompa cukup besar, namun masih relatif terjangkau karena mereka baru membayar biaya operasional saat musim panen tiba.

Sebanyak 100 hektar lebih petak sawah yang digarap petani sejak sebulan terakhir ini sebagian padinya mulai tumbuh, meski mereka harus memasok air setiap hari.

Rencananya, proses pengairan petak-petak sawah mereka akan terus berlangsung hingga usia padi mereka memasuki 2,5 bulan atau saat padi memasuki masa bunting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com