Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Pencemaran, Warga Tumpahkan 1 Kontainer Limbah Industri Kulit ke Jalan

Kompas.com - 22/09/2018, 07:18 WIB
Ari Maulana Karang,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com — Warga Kampung Sumbersari, Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota, Jumat (21/9/2018) sore, menggelar unjuk rasa atas pencemaran limbah dari industri kulit di kawasan Sukaregang, Kecamatan Garut Kota.

Unjuk rasa dilakukan dengan cara menumpahkan satu kontainer sampah ke ruas Jalan Ahmad Yani. Selain itu, warga juga menyiramkan air dari sungai Ciwalen yang telah tercemari limbah kulit hingga menimbulkan bau tak sedap.

Bengbeng, koordinator aksi unjuk rasa, mengungkapkan, warga yang lingkungannya berdekatan dengan Sungai Ciwalen sudah resah dengan bau tidak sedap dari Sungai Ciwalen yang tercemar limbah industri kulit. Karena, selama ini banyak industri kulit membuang sampah ke sungai tersebut tanpa diolah dahulu.

Baca juga: Warga Karawang Berharap Ridwan Kamil Selesaikan Masalah Pencemaran Sungai Cilamaya

Bengbeng menuturkan, selain menumpahkan sampah dan cairan limbah kulit, dirinya bersama warga juga menyegel saluran pembuangan limbah kulit dengan cara menutupnya menggunakan karung agar pabrik berhenti membuang limbah.

Aksi ini, menurut Bengbeng, bukan yang pertama kalinya dilakukan. Pihaknya pun meminta agar pemerintah bisa menutup pabrik-pabrik kulit yang membuang limbahnya ke sungai tanpa diolah.

Semua aksi warga ini, menurut Bengbeng, sengaja dilakukan untuk menarik perhatian pemerintah dan warga lain agar ikut merasakan bau limbah kulit yang tak sedap dan selama ini dicium oleh warga di kampungnya.

Aksi warga ini langsung mendapat perhatian pemerintah. Aparat kepolisian, TNI, dan camat pun langsung turun menggelar musyawarah bersama warga mencari penyelesaian masalah limbah kulit yang dikeluhkan warga.

Camat Garut Kota Bambang Hafid mengakui, warga selama ini memang mrngeluhkan bau dari limbah kulit yang dibuang ke sungai. Karenanya, pihaknya akan berupaya memediasi dengan mempertemukan warga dengan para pengusaha kulit.

Baca juga: 5 Fakta Terkait Kasus Pencemaran Kali Bekasi, dari Limbah Pabrik hingga Upaya Penanganan

Pengusaha bandel

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan Kebersihan dan Pertamanan (LHKP) Kabupaten Garut Guriansyah menyampaikan, pengusaha kulit di kawasan Sukaregang terbilang bandel.

Karena, menurutnya para pengusaha sulit diajak musyawarah untuk menyelesaikan masalah limbah yang dimasalahkan warga saat ini.

"Kalau kita undang, yang datangnya bukan pemilik pabriknya," jelas Guriansyah.

Menurut Guriansyah, dari 54 pabrik penyamakan yang memiliki mesin penyamak besar (molen), hanya ada satu perusahaan yang telah mengantongi ijin lingkungan dari Pemkab Garut karena telah memiliki IPAL sendiri.

Sementara, 8 pabrik lainnya telah memiliki dokumen lingkungan berupa UPL/UKL namun belum mengantongi ijin karena tidak memiliki fasilitas IPAL sebagaimana yang disyaratkan dalam dokumen lingkungannya.

Baca juga: 600 Pelaku Industri di Jabar Sepakat Kendalikan Pencemaran Citarum

"Kalau industri penyamakan yang skala rumahan, jumlahnya lebih banyak mencapai 300 lebih," katanya.

Guriansyah menyampaikan, buangan limbah dari industri kulit yang dibuang ke sungai Ciwalen yang dikeluhkan warga saat ini, sebenarnya bisa diselesaikan jika Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) bersama yang dibangun pemerintah bisa beroperasi.

Namun, hingga saat ini pengusaha sulit diajak duduk bersama membicarakan pengoperasian limbah tersebut.

"Soal saluran limbah saja, pemda berharap saluran limbah tersier dari pabrik ke saluran utama dibangun oleh masing-masing pengusaha, nanti pemda yang bangun saluran utamanya, maunya malah semua Pemda yang bangun," jelasnya.

Jika saluran IPAL sudah bisa disepakati, menurut Guriansyah, nantinya pemerintah juga akan bermusyawarah soal operasional IPAL.

"Kita ingin operasionalnya juga ditanggung bersama-sama, karena anggaran kita terbatas," katanya.

Di kawasan Sukaregang, menurut Guriansyah, pemerintah sudah membangun tiga IPAL. Namun, semuanya tidak bisa beroperasi karena kesulitan operasionalnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com