Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandara NYIA di Kulon Progo Didesain Tahan Gempa dan Tsunami

Kompas.com - 20/09/2018, 20:32 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

 KULON PROGO, KOMPAS.com-PT Angkasa Pura I menegaskan, penumpang, komunitas bandara, dan masyarakat sekitar bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA) tidak perlu khawatir berlebih dengan ancaman gempa, apalagi yang disertai dengan tsunami.

Angkasa Pura (AP) mendesain bandara baru di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta ini dengan struktur bangunan tahan gempa.

Bangunan, utamanya terminal, diperkirakan mampu menahan guncangan sampai 8,8 skala richter. AP memastikan penumpang, komunitas bandara, maupun masyarakat sekitar bandara akan cukup nyaman berada di bangunan ini nanti.

Manajer Proyek Pembangunan NYIA dari AP I, Tauchid Purnomo Hadi mengatakan, AP mendatangkan ahli dari Jepang dan dalam negeri saat mendesain bangunan anti gempa ini.

“Sudah diperhitungkan (mampu menahan sampai) 8,8 skala richter. Cukup besar yang dijadikan acuan kekuatan gempa,” kata Tauchid, Kamis (20/09/2018).

Tidak hanya mampu menahan gempa, salah satu lantai dari bangunan terminal dirancang mampu menjadi tempat evakuasi sementara penumpang dan komunitas bandara ketika tsunami datang. Ketinggiannya di atas 6 meter.

Terminal ini berdiri di atas kolom-kolom yang mampu menahan dan memecah ombak tsunami. Dengan demikian, kerusakan terminal akan bisa diminimalisir.

“Maka, struktur bangunan ini akan aman karena sudah dipecah oleh kolom,” kata Tauchid.

Baca juga: Warga yang Tergusur dari Lahan Bandara NYIA Sulit Diprediksi

AP juga membangun tempat evakuasi sementara atau crisis center yang berada di sisi landside bandara. Crisis center ini nanti merupakan lokasi evakuasi siapa saja.

Pintu-pintu pada crisis center seluas 4.000 meter persegi ini akan terbuka ketika gempa maupun bencana terjadi.

Bahkan, warga sekitar bandara bisa memanfaatkannya sebagai tempat evakuasi sementara ketika bencana terjadi. Tempat ini mampu menampung bahkan 1.000 orang.

Crisis center ini sangat bermanfaat ketika terjadi gempa disusul tsunami.

“Masyarakat tidak perlu lari ke arah evakuasi di mana tapi akan masuk area bandara dan naik gedung ini. Ini jadi tempat evakuasi sementara. Masyarakat sekitar bisa ditampung di TES ini, mendekat ke bandara dan masuk,” kata Tauchid.

General Manager Operasi Pembangunan NYIA dari PT Pembangunan Perumahan, Andek Prabowo mengatakan, teknologi menghadapi gempa dan tsunami itu perlu didukung kemampuan menghadapi tsunami di sisi pantai yang berada di luar kawasan bandara.

Baca juga: AP I: Bandara Adisutjipto akan Berbagi Jadwal Penerbangan dengan NYIA

Mengutip sejumlah analisa, menurut Andek, pembangunan sisi pantai tidak perlu dengan membangun dinding, tetapi bisa dengan memanfaatkan penahan dari pasir yang sudah ada maupun keberadaan pohon cemara udang yang tumbuh alami.

Hal ini dinilai lebih efisien, murah, dan ramah lingkungan.

“Idealnya juga tidak ada bangunan di sisi bandara karena terkait safety,”’ kata Andek.

Sementara itu, NYIA masih dalam tahap pembangunan. Seluruh persiapan pembangunan dipastikan selesai seutuhnya. Kini, pembangunan NYIA memasuki tahap pembangunan fisik baik sisi udara hingga bangunan.

Pembangunan NYIA yang berada di lahan seluas 587,3 hektar dikebut selesai pada akhir Maret 2019. AP menargetkan NYIA bisa melayani penerbangan di April 2019.

 

Kompas TV Setelah sempat diwarnai kericuhan dan penolakan warga, proses pembukaan lahan NYIA kembali dilanjutkan oleh PT Angkasa Pura.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com