Bambang mengatakan, buku yang dijual para pedagang sekarang ini sudah tidak murni lagi buku bekas. Pedagang sudah banyak yang menjual buku kualaran baru.
"Kalau tahun 2000 ke bawah dulu, 100 persen buku bekas yang dijual. Tetapi sekarang sudah enggak lagi. Buku baru dan bekas yang dijual jumlahnya seimbang," ungkap dia.
Baca juga: Bantu Ayah Memulung, Bocah Sabna Kumpulkan Buku Bekas untuk Sekolah
Lebih jauh, Bambang menceritakan, buku bekas kuno yang selama ini ia jual diperoleh dari tempat pembuangan dan dari kolektor buku.
"Buku kuno ini diperoleh dari tempat pembuangan atau memang ada orang jual karena orangtuanya kolektor, sedang anaknya sudah beda pandangan. Karena tidak suka kemudian buku-buku itu mereka buang dan ada yang dijual ke sini," imbuh dia.
Bambang mengatakan, buku bekas kuno yang belum laku dijual selalu ia simpan di dalam almari dengan suhu udara cukup. Tujuannya adalah untuk menjaga kondisi buku agar tetap baik dan tidak rusak.
"Sesekali buku itu saya buka untuk diangin-anginkan. Biar bukunya enggak lembab," pungkasnya.
Para pengunjung yang datang ke Taman Buku dan Majalah Alut Keraton Surakarta tidak hanya kolektor buku, tetapi ada dari kalangan mahasiswa, anak sekolah dan umum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.