Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Selama Asian Games, Warga Menahan Diri untuk Tak Bakar Lahan, Kini Mereka Butuh..."

Kompas.com - 15/09/2018, 21:42 WIB
Aji YK Putra,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Kabut asap yang mulai menyelimuti wilayah Palembang, Sumatera Selatan, disebabkan kebakaran lahan yang disulut secara sengaja atau pun tidak.

Dansatgas Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Sumsel Kolonel Inf Iman Budiman mengatakan, warga ingin membuka lahan lalu sengaja melakukan pembakaran di sejumlah wilayah Sumatera Selatan.

Menurut dia, selama Asian Games, pihaknya memang telah melarang masyarakat untuk membakar lahan.

Baca juga: Kabut Asap Mulai Selimuti Palembang, Ini Penjelasan BPBD

Namun, setelah Asian Games usai, para petani membutuhkan lahan untuk bercocok tanam karena musim tanam akan mulai pada Oktober mendatang.

“Selama Asian Games masyarakat mendukung kami dan menahan diri untuk tidak membakar. Kami juga harus mendukung mereka (masyarakat) karena musim tanam sebentar lagi dimulai dan ini masalah hajat kehidupan mereka untuk satu tahun ke depan,” kata Imam, Sabtu (15/9/2018).

Imam mengatakan, meskipun warga telah diperbolehkan untuk membakar lahan, tetapi pihak TNI akan terus memantau sehingga api yang dihidupkan ketika membuka lahan tidak menyebar ke tempat lain.

“Ada ketentuannya meskipun diperbolehkan. Fire spot di bawah kendali kami sehingga jika ada lahan yang akan dibuka, akan dijaga bersama-sama agar titik api tidak menjalar. Kami gunakan sistem tunggu,” ujarnya.

Baca juga: Siswa SD Sisihkan Uang Jajan untuk Guru Berhonor Kecil, Kita Bisa Belajar Apa?

Iman mengatakan, pembukaan lahan dengan cara membakar memang tidak dibenarkan. Hanya saja, pemerintah selama ini belum memberikan solusi metode yang tepat dalam membuka lahan kepada petani, khususnya bagi mereka yang memiliki lahan di pelosok.

“Mau tidak mau, suka tidak suka, pembakaran lahan menjadi solusi jangka pendek yang dimiliki petani,” tuturnya.

Iman pun tak menampik bahwa kebakaran lahan dalam sepekan terakhir mengalami intensitas tinggi. Selain akibat pembukaan lahan secara sengaja, kebakaran juga terjadi di lahan yang tak bertuan.

"Kalau petani hanya sebagian kecil saja. Kebakaran masih tetap di lahan gambut yang tak bertuan. Tapi kami terus berupaya keras  untuk melakukan pemadaman,” ucapnya.

Baca juga: Ngopi Bareng, Ini Pesan Ridwan Kamil untuk Sandiaga Uno

Selain itu, penarikan personel bantuan dari Mabes TNI dan Polri juga membuat kekuatan personel di lapangan sempat mengalami kendala. Dimana dari 475 personel, sudah 200 personel ditarik.

"Posisinya langsung digantikan dari Yonif 141. Proses pergantian ini sempat membuat penanggulangan personel di darat menjadi berkurang. Tapi sekarang sudah normal lagi,” kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Marwan Dasopang menambahkan, permasalahan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel akan menjadi acuan mereka untuk tetap mementingkan para petani.

“Mereka membuka lahan untuk menanam. Pemerintah harus hadir untuk mengadvokasi ekonomi masyarakat. Selain itu, faktor cuaca juga jadi penyebab menyebarnya kebakaran lahan,” ucapnya. 

Baca juga: Kisah Nursaka, Bocah SD yang Setiap Hari Bolak-balik Indonesia-Malaysia demi Sekolah di Tanah Air (1)

Marwan mengatakan, pendekatan serta pembinaan ekonomi masyarakat dipandangnya sebagai salah satu cara yang efektif untuk menekan angka kebakaran lahan dibandingkan proses pemadaman yang dilakukan Satgas.

“Biaya yang dikeluarkan untuk sekali terbang ini tidaklah sedikit. Seharusnya biayanya bisa dialihkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Nantinya, kami akan melakukan pembicaraan lebih lanjut untuk menghitung biaya ekonominya,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com