Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD Patungan Beri Uang Saku untuk Guru Mereka yang Bergaji Minim

Kompas.com - 14/09/2018, 15:23 WIB
Markus Yuwono,
Reni Susanti

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Rendahnya gaji Guru Tidak Tetap (GTT) di Gunungkidul, Yogyakarta, membuat murid dan wali murid prihatin.

Contohnya di Sekolah Dasar Mentel 1, Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari. Setiap Jumat, ratusan siswa menyisihkan uang jajan untuk memberikan bantuan kepada guru mereka.

Seperti hari ini, Jumat (14/9/2018), seperti biasa 158 siswa memulai hari mereka dengan senam dilanjutkan pemeriksaan kuku jari. 

Setelah itu, beberapa murid membawa wadah plastik berkeliling mengumpulkan uang dari siswa. Hampir semua siswa memasukkan beberapa lembar uang kertas pecahan Rp 2.000 hingga Rp 10.000.

Baca juga: Mengungkap Fakta Kasus Siswa SD Telan Ekstasi, Dikira Permen hingga Penetapan Tersangka

"Uang ini nantinya untuk bapak dan ibu guru, kasihan mereka tidak mendapatkan gaji layak dari pemerintah," kata salah seorang siswa Carisa Moniati, Jumat.

Dia mengaku mendapatkan informasi dari guru berstatus ASN. Informasi tersebut ia bicarakan dengan orangtuanya.

Akhirnya para orangtua sepakat untuk memberikan uang saku lebih besar saat hari Jumat. "Enggak apa-apa, setiap Jumat juga membawa makanan dari rumah, paling jajan es," ucapnya

Salah seorang GTT, Bayu Dwi Nur Cahyani mengaku terharu dengan peran aktif para siswa dan orangtua. Mereka rela menyisihkan uang saku untuk membantu para guru. Padahal, SD tersebut terletak di pinggiran.

Sejak 2005, upah GTT sebesar Rp 100.000 per bulan. Mereka mendapat uang tambahan berupa upah dari alokasi dana BOS sebesar Rp 200.000.

"Kami terharu semangat siswa dan orangtuanya untuk membantu kegiatan belajar di sekolah ini," bebernya.

Meski kecil, mereka bersyukur dengan segala keterbatasan yang ada. "Tetap semangat mengajar, ndak apa-apa, yang penting anak-anak memeroleh pendidikan yang baik," ucapnya.

Baca juga: Pil Ekstasi Ditelan 3 Siswa SD karena Dikira Permen, Begini Kronologinya

Kepala SD Mentel 1, Kamijan mengatakan, infaq yang dikumpulkan sejak Maret 2018, merupakan hasil kesepakatan dengan Komite Sekolah.

setiap bulannya, para siswa ini mampu mengumpulkan dana sekitar Rp 2 juta. Uang tersebut akan dibagikan kepada 8 GTT maupun Pegawai Tidak Tetap.

"Pengumpulan ini tidak ditentukan nominal, jika terdapat siswa yang tidak memberi infaq pun juga diperbolehkan tergantung kepada kemampuan serta keikhlasan para siswa yang ada," ucapnya.

Dia berharap, pemerintah memberikan solusi terbaik, agar kesejahteraan GTT maupun pegawai tidak tetap bisa meningkat.

"Semoga ada perhatian dari pemerintah, kasihan para pejuang pendidikan ini," ungkapnya

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (disdikpora) Gunungkidul Bahron Rasyid mengaku, sudah mendengar adanya penggalangan dana dari para murid SD Mentel 1.

Ia pun tak mempermasalahkan dan mengapresiasi langkah dari Komite Sekolah terkait dengan program penggalangan dana untuk GTT dan PTT.

"Komunikasi dan transparansi agar niat mulai ini langgeng dan bisa ditiru oleh sekolah lain," katanya.

Pihaknya, sambung dia, sudah berusaha untuk meningkatkan penghasilan para guru dan pegawai tidak tetap ini. "Kita berusaha agar penghasilan mereka meningkat,"katanya

Anggota DPRD Gunungkidul Immam Taufik mengatakan, dalam kebijakan umum anggaran dan priorotas anggaran sementara (KUA-PPAD) upah GTT 2019 diusulkan sebesar Rp 600.000 per bulan.

Namun angka tersebut fleksibel karena November nanti masuk dalam pembahasan APBD murni 2019.

Karena itu, dalam pembahasan APBD murni nanti pihaknya akan mengawal agar honor bisa sesuai harapan atau sama dengan UMK kabupaten Rp 1,3 juta per bulan.

"Idealnya honor GTT ya Rp 1,3 juta sama dengan THL," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com