“Dulu biasanya, kalau mereka mau bersekolah di sini (Entikong), biasanya mereka pindah dan tinggal di sini,” ungkap Halijah.
Baca juga: Rumah Warga di Perbatasan, Teras di Wilayah Indonesia, Dapur di Malaysia
Saka sendiri mulai bersekolah di Entikong saat masuk TK Kartika. Saat itu, setiap hari secara bergantian ayahnya, Darsono, dan ibunya, Julini, mengantar dan menemani Saka mulai dari berangkat hingga pulang sekolah bolak balik melintasi perbatasan.
Darsono mengaku, mereka menyekolahkan Saka di Entikong demi kemudahan mendapatkan akses pendidikan seperti warga Indonesia lainnya.
Pasalnya, jika harus menyekolahkan Saka di Tebedu, banyak syarat khusus yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, mereka memilih Entikong sebagai tempat Saka bersekolah meski harus bolak-balik setiap hari.
Darsono memiliki harapan besar terhadap putra sulungnya itu. Bagaimanapun kondisinya, dia akan berupaya agar Nursaka tetap bersekolah.
“Kehidupan kami di sini sudah susah, bertani menumpang kebun punya orang. Di Entikong pun kita sudah tidak punya apa-apa lagi. Jadi bagaimana pun saya upayakan Saka harus bisa tetap sekolah di tempat kita sendiri, di Indonesia,” katanya.
Baca juga: Tiga Kisah Bocah Viral, Jadi Pelintas Batas Negara hingga Jadi Bandar Narkoba
Sementara itu, Saka juga punya keyakinan kuat untuk memilih mengikuti kemauan orangtuanya bersekolah di Indonesia.
“Karena saya warga Indonesia,” ujarnya singkat.
BERSAMBUNG: Keseharian Bocah Nursaka, Sekolah di Indonesia lalu Bantu Ayah Cari Kaleng Bekas di Malaysia (3)