Di sekolah, Nursaka bergembira bermain dengan teman-temannya. Dia ikut berlarian berkejaran ke sana-ke mari.
Namun, menurut Yakobus, Nursaka juga tergolong anak yang pendiam dan sedikit penyendiri.
Senada dengan Yakobus, Kepala SD Negeri 03 Sontas, Halijah juga mengungkapkan keseharian Saka di sekolah. Sejak duduk di kelas 1, Saka dikenal sebagai siswa yang baik.
“Pengamatan kami, anaknya tidak terlalu nakal. Prestasi juga bagus, meski tidak terlalu menonjol,” ungkap Halijah.
Nursaka, menurut dia, merupakan satu-satunya siswa yang tinggal di Tebedu karena mengikuti kedua orangtuanya. Sebelumnya juga pernah ada, namun sudah cukup lama.
“Dulu biasanya, kalau mereka mau bersekolah di sini (Entikong), biasanya mereka pindah dan tinggal di sini,” ungkap Halijah.
Baca juga: Rumah Warga di Perbatasan, Teras di Wilayah Indonesia, Dapur di Malaysia
Saka sendiri mulai bersekolah di Entikong saat masuk TK Kartika. Saat itu, setiap hari secara bergantian ayahnya, Darsono, dan ibunya, Julini, mengantar dan menemani Saka mulai dari berangkat hingga pulang sekolah bolak balik melintasi perbatasan.
Darsono mengaku, mereka menyekolahkan Saka di Entikong demi kemudahan mendapatkan akses pendidikan seperti warga Indonesia lainnya.
Pasalnya, jika harus menyekolahkan Saka di Tebedu, banyak syarat khusus yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, mereka memilih Entikong sebagai tempat Saka bersekolah meski harus bolak-balik setiap hari.
Darsono memiliki harapan besar terhadap putra sulungnya itu. Bagaimanapun kondisinya, dia akan berupaya agar Nursaka tetap bersekolah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.