Saat tiba di konter pemeriksaan dokumen imigrasi, Saka kemudian mengeluarkan sebuah buku bersampul warna merah kepada petugas Imigrasi untuk di stempel.
Buku merah itu adalah Pas Lintas Batas (PLB) milik ibunya yang turut menyertakan foto Saka beserta kedua adiknya sebagai tanggungan pemilik dokumen tersebut.
Dengan ramah, petugas imigrasi menyambut dan melemparkan senyum kepada Saka. Setelah proses di Imigrasi usai, Saka kemudian menuju ke arah luar gedung. Tepat di pintu masuk, seorang ibu setengah baya mengenakan helm terlihat sudah menunggunya.
Ibu itu adalah ojek langganan yang saban hari menjemput Saka dari PLBN Entikong menuju sekolahnya di Sontas. Begitu juga saat pulang sekolah.
Baca juga: Kisah di Balik Foto Romantis Ridwan Kamil dan Atalia saat Pelantikan Gubernur
Saka kemudian naik ke atas motor bersama ibu tersebut dan menuju ke sekolahnya di Sontas, Kecamatan Entikong. Jarak dari PLBN menuju sekolahnya berkisar 4-5 kilometer.
Begitulah gambaran keseharian Nursaka, bocah berusia delapan tahun ini setiap hari selalu semangat untuk berangkat ke sekolah. Dia harus melintasi perbatasan antara negara Indonesia dengan negara Malaysia untuk berangkat ke sekolahnya.
Saka mulai bersekolah di Entikong saat masuk TK Kartika. Saat itu, setiap hari secara bergantian Darsono dan istrinya, Julini, mengantar dan menemani anaknya mulai dari berangkat hingga pulang sekolah bolak balik melintasi perbatasan.
Darsono mengatakan, mereka menyekolahkan Saka di Entikong demi kemudahan mendapatkan akses pendidikan seperti warga Indonesia lainnya.
Baca juga: Tiga Kisah Bocah Viral, Jadi Pelintas Batas Negara hingga Jadi Bandar Narkoba
Pasalnya, jika harus menyekolahkan Saka di Tebedu, banyak syarat khusus yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, mereka memilih Entikong sebagai tempat Saka bersekolah meski harus bolak-balik setiap hari.
Darsono memiliki harapan besar terhadap putra sulungnya itu. Bagaimanapun kondisinya, dia akan berupaya agar Nursaka tetap bersekolah.
“Kehidupan kami di sini sudah susah, bertani menumpang kebun punya orang. Di Entikong pun kita sudah tidak punya apa-apa lagi. Jadi bagaimana pun saya upayakan Saka harus bisa tetap sekolah di tempat kita sendiri, di Indonesia,” katanya.
BERSAMBUNG: Saya Indonesia, Alasan Bocah Nursaka Bolak-balik Malaysia-Indonesia untuk Sekolah (2)