Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-Gempa Lombok, Pemerintah Beri Kelambu Berinsektisida untuk Cegah Malaria

Kompas.com - 13/09/2018, 20:56 WIB
Retia Kartika Dewi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasca-gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, warga Dusun Batu, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, dibuat susah dengan serangan penyakit malaria.

Selain karena faktor endemis, diduga penyakit malaria terjadi karena kasus bawaan atau kondisi lingkungan yang rusak akibat gempa.

Untuk mencegah terjadinya kembali kasus malaria, pemerintah menganjurkan kepada warga untuk memakai kelambu, terutama kelambu berinsektisida.

Penyediaan kelambu itu telah diupayakan dan didistribusikan oleh pemerintah pada korban gempa.

Dilansir dari rilis resmi Kementerian Kesehatan, penggunaan kelambu berinsektisida akan efektif mencegah penularan malaria apabila cakupan penggunaan kelambu di atas 80 persen. Terutama, jika kelambu digunakan secara benar.

"Kelambu tersebut digunakan untuk menjaga masyarakat NTB dari gigitan nyamuk demam berdarah dan malaria," ujar Sekretaris Jendral Kementerian Kesehatan, Untung Suseno Sutarjo saat dihubungi Kompas.com, Kamis (13/9/2018).

Baca juga: Lombok Barat Tetapkan Wabah Malaria Jadi KLB, Bayi dan Ibu Hamil Terjangkit

Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) NTB telah mendistribusikan 2.600 kelambu kepada warga terdampak gempa di Lombok.

Sebanyak 2.400 kelambu berasal Kemenkes dan 200 kelambu dari Dinkes NTB. Selanjutnya, pemerintah mengupayakan untuk menambah jumlah kelambu.

Kemudian, kelambu yang dibagikan telah memenuhi persyaratan teknis yang meliputi ukuran kelambu dan jenis bahan kelambu.

Untuk ukuran kelambu ada dua versi, yakni ukuran keluarga dan ukuran individu. Untuk kelambu keluarga bisa mencakup suami, istri, dan satu anak dengan umur kurang dari 2 tahun.

Kelambu ini memiliki panjang 180-200 cm, lebar 160-180 cm, dan tinggi 150-180 cm.

Sementara, untuk ukuran individu memiliki panjang 180-200 cm, lebar 70-80 cm, dan tinggi 150-180 cm. Kemudian, jenis bahan kelambu yang tersedia yakni katun, nilon, polyester, dan polyethylene.

Baca juga: ITB: Pasca-gempa, Sumur-sumur di Lombok Utara Alami Pemasiran

Selanjutnya, dalam pemakaian kelambu sebaiknya warga mengangin-anginkan terlebih dahulu kelambu berinsektisida yang baru dikeluarkan dari bungkus plastiknya, sampai baunya hilang.

Ini perlu dilakukan sebelum kelambu dipasang.

Untuk pemasangan kelambu bisa dengan mengikatkan keempat tali kelambu pada tiang tempat tidur atau pada paku di dinding. Jika di tenda pengungsian, kelambu bisa ditalikan pada kerangka penyangga.

Pada saat tidur dalam kelambu, seluruh ujung bawah kelambu dimasukkan ke bawah tempat tidur atau matras, sehingga tidak ada kemungkinan nyamuk masuk ke kelambu.

Selama kondisi lingkungan akibat gempa belum dibenahi, warga diimbau terus gunakan kelambu saat tidur.

Tak hanya itu, pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk merawat kelambu dengan baik. Seperti, memeriksa kelambu jika ada lubang atau bagian yang robek untuk segera dijahit.

Selain itu, kelambu dicuci dengan cara dicelup-celupkan dengan air berlarutan detergen, dan sebaiknya jangan direndam. Kemudian, kelambu dikeringkan dengan dijemur tanpa terkena sinar matahari.

Dengan didistribusikannya kelambu ke wilayah gempa, diharapkan tidak ada lagi kasus malaria menyerang warga terdampak gempa bumi di Lombok.

"Pemerintah mengharapkan kelambu dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Dan juga tidak terjadi kasus malaria lagi," ujar Untung.

Kompas TV Warga diajarkan untuk memasang kelambu dengan benar agar efektif untuk mencegah gigitan Vektor Malaria yakni nyamuk Ano-Feles betina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com