Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil Soroti Soal Hoaks dan Edukasi Politik Jelang Pemilu 2019

Kompas.com - 13/09/2018, 07:45 WIB
Agie Permadi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menitipkan sejumlah persoalan yang harus diantisipasi dalam Pemilu 2019 mendatang.

Hal tersebut diungkapkan pria yang akrab disapa Emil dalam sambutannya pada Deklarasi Pileg Pilpres 2018 di Mapolda jabar, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/9/2018).

Dalam sambutannya itu, Emil mengatakan bahwa dalam pelantikan Gubernur, dirinya bersumpah akan menjadi Gubernur bagi masyarakat Jabar.

"Selama KTP (kartu tanda penduduknya) Jabar saya akan lindungi, sayangi dan kasih solusi, saya tak pilah pilih," tuturnya.

Baca juga: Berita Populer: Ridwan Kamil Ingatkan Sandiaga dan Farhat Abbas Ditegur

Dalam kesempatan itu pun Emil menitipkan sejumlah persoalan kepada pihak kepolisian dan partai politik untuk mengantisipasi dinamika yang ada di setiap zaman.

Seperti halnya di zaman serba digital saat ini, pertikaian dan kebencian saja dapat diawali dari ponsel.

"Secara provokasi bukan dari pengerahan masa tapi dimulai dari disinformasi. Berita bohong bisa dibikin dan dikonsumsi disebar, foto bisa diedit seolah seperti fakta padahal rekayasa," katanya. 

"Saya titipkan kepada pimpinan partai, hindari hal sifatnya provokasi sebelum terverifikasi jangan disebar. Kalau tidak muncul di kantor berita utama asumsikan itu hoaks."

Baca juga: Ridwan Kamil: Pak Sandiaga yang Terhormat, Tolong Berkaca Sebelum Beri Statement...

Menurut Emil, berita atau informasi palsu itu marak disebar via aplikasi percakapan seperti WhatsApp, untuk itu Emil berharap pihak kepolisian dapat mengantisipasi hal tersebut.

"Ini masukan kami kepada para Kapolres untuk memonitor disinformasi, saya khawatir mudah-mudahan tidak terjadi khususnya di pilpres," lanjutnya.

Emil pun mengimbau kepada ulama untuk menyebarkan hadits yang mengedukasi masyarakat agar berbicara dengan bijak di media sosial.

"Hadits bicara yang baik atau diam itu harus betul-betul. Karena sekarang pilihan demokrasi itu ada yang rasional, misal pilihlah saya karena ada gagasan itu bagus pak, harusnya demokrasi itu seperti itu. Tapi ada juga kelompok yang irasional. misal pilihlah saya karena lawan saya jelek atau buruk, nah yang kedua ini harus dikurangi. Jadilah demokrasi gagasan bukan kebencian," ucapnya.

Baca juga: Prioritas di 2019, Ridwan Kamil Akan Revitalisasi Kalimalang seperti Cheonggyecheon

Emil mengajak ulama untuk tetap menjaga masjid agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan politik.

"Saya titip juga masjid, tidak masalah politik di masjid tentang filosofi, aspirasi harus menyuarakan apa yang anda mau, bahwa anda harus taat pada aturan tapi jangan gunakan masjid sebagai politik pilihan, itu politik praktis. saya kira bedakan politik filosofi dan politik pilihan," tuturnya.

"Saya juga mengalami hal negatif itu karena nya saya titip jabar selama sampai kedepan, baik di rumah, di masjid, ruang publik, jalanan, kita buktikan pilihan indonesia multipartai ini betul pilihan terbaik jaga NKRI kita dan pilihan dewasa dan datang dari kita yang punya hak politik," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com