Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stop Peternakan Ayam di Jantung Geopark Gunung Sewu (2)

Kompas.com - 12/09/2018, 15:00 WIB
Markus Yuwono,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Stop pembangunan peternakan ayam di kawasan geopark UNESCO Gunung Sewu di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Demikian harapan pegiat wisata yang tergabung dalam Asosiasi Wisata Goa Indonesia. Mereka khawatir, pembangunan akan merusak ekosistem yang ada di dalam geopark.

Baca selengkapnya: Stop Peternakan Ayam di Jantung Geopark Gunung Sewu (1)

Menanggapi hal itu, Bupati Gunungkidul Badingah mengakui bahwa pembangunan peternakan tersebut belum memiliki izin karena saat ini masih proses penerbitan dokumen analisis dampak lingkungan (Amdal).

"Amdal belum turun karena Amdal itu izinnya di DIY, di provinsi," ucapnya.

Jika merujuk tata ruang Kabupaten Gunungkidul, pembangunan peternakan tidak menyalahi aturan sebab Pacarejo telah ditetapkan sebagai tempat yang diperbolehkan untuk usaha peternakan ayam.

"Tata ruang kita itu diperbolehkan (pembangunan peternakan ayam) untuk di sana," ucapnya.

Baca juga: Soal Tanah Ambles di Sukabumi, Ini Rekomendasi PVMBG agar Tak Meluas

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Gunungkidul Irawan Jatmiko mengatakan, Pemkab meminta pengelola melengkapi dokumen Amdal terlebih dahulu sebelum memulai pembangunan.

"Itu kemarin kan sudah ada peringatan, untuk selama pembahasan Amdal ini sebaiknya operasi dihentikan dulu. Seandainya ada operasi, dihentikan dulu," kata dia

Menurut dia, peternakan ayam tersebut berada di kawasan peternakan unggas yang direkomendasikan Pemkab dan sesuai dengan tata ruang. Namun, pihak pengelola peternakan ayam tetap harus melengkapi dokumen Amdal dan dokumen lain, seperti izin mendirikan bangunan (IMB).

Baca juga: Kisah Mas Rinto, Tukang Bakso Berdasi yang Terinspirasi James Bond

Sedari menunggu Amdal keluar, pihaknya meminta semua aktivitas pembangunan dihentikan.

"Sebelum penetapan OSS (online single submission) akhir Juli ini, mereka sudah diberikan peringatan tidak boleh beroperasi. Oleh komisi penilaian Amdal, itu (penghentian pembangunan) sebagai salah satu syarat untuk pembahasan Amdal-nya," ucapnya.

Sampai saat ini, pihaknya belum mengetahui terkait dokumen Amdal karena sedang dibahas di Dinas PUP-ESDM DIY. Dia juga mengaku belum mengetahui kapan dokumen tersebut keluar.

"Sudah diberikan peringatan untuk tidak melanjutkan terlebih dahulu," katanya.

Klaim perusahaan peternakan

Sementara itu, Kepala Unit Peternakan Semanu PT Widodo Makmur Unggas, Hanan Rustandi, mengatakan, pihaknya tidak bisa menjawab mengenai proses perizinan karena diurus oleh manajemen.

Baca juga: Nasib Hendrik Brocks, Pebalap Legendaris Peraih 3 Medali Emas Asian Games asal Sukabumi (1)

Namun demikian, dia memastikan bahwa limbah tidak akan mencemari kawasan karst.

"Saya perlu klarifikasi bahwa limbah yang kami hasilkan ini berbeda dengan peternakan ayam seperti di kandang bambu yang kotorannya akan bermasalah sebab kami sudah ada mekanisme menangani limbah jadi pupuk organik bermanfaat," katanya.

Dia menjelaskan, perusahaan tersebut memproduksi telur ayam hingga menetas dan dijual dalam bentuk bibit.

Pihaknya juga sudah menyiapkan wadah plastik setinggi 60 cm yang berfungsi untuk menampung kotoran ayam. Kotoran akan ditampung di wadah selama enam bulan atau mulai dari ayam masih kecil hingga siap dipanen. Selain itu, lantainya terbuat dari cor semen yang diklaim tidak akan meresap.

Baca juga: Kisah Tukang Ojek yang Dikira Perompak Setan Botak Pembunuh Polisi

Adapun limbah ini untuk dijadikan pupuk yang dikomposisi secara alami. Saat ini, pupuk tersebut lanjutnya sudah dipesan petani Gunungkidul.

"Jadi mana mungkin ini kami buang (kotoran ayam) kalau bisa bermanfaat dan jadi uang," katanya.

Terkait limbah cair, Hanan mengakui, pihaknya tetap memiliki limbah air dari hasil pembersihan kandang atau sisa-sisa minuman ayam.

Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya menggunakan sistem air minum modern yang bewujud seperti dot bayi sehingga ayam langsung minum. Limbah air hasil pembersihan kandang akan ditampung dengan menggunakan tata kelola IPAL sesuai standar perusahaan besar lainnya.

"Sehingga saya janji tidak akan ada limbah yang mempengaruhi lingkungan seperti yang ditakutkan. Saya jamin itu," katanya.

Baca juga: Cerita Hinayah Raih Emas di Asian Games, Awalnya Diragukan tetapi Bikin Kejutan

Hanan mengakui, saat ini sudah ada ayam di kandang. Namun belum dalam skala besar karena masih ditujukan hanya untuk pelatihan.

"Karena pegawai di sini belum paham, maka dilakukan pelatihan," katanya.

Dari pantauan di lokasi, sudah ada aktivitas pekerja yang membangun peternakan diketahui dari truk keluar masuk membawa batu putih. Selain itu, para wartawan tidak diperkenankan mengambil gambar di lokasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com