Sementara itu, Kepala Unit Peternakan Semanu PT Widodo Makmur Unggas, Hanan Rustandi, mengatakan, pihaknya tidak bisa menjawab mengenai proses perizinan karena diurus oleh manajemen.
Baca juga: Nasib Hendrik Brocks, Pebalap Legendaris Peraih 3 Medali Emas Asian Games asal Sukabumi (1)
Namun demikian, dia memastikan bahwa limbah tidak akan mencemari kawasan karst.
"Saya perlu klarifikasi bahwa limbah yang kami hasilkan ini berbeda dengan peternakan ayam seperti di kandang bambu yang kotorannya akan bermasalah sebab kami sudah ada mekanisme menangani limbah jadi pupuk organik bermanfaat," katanya.
Dia menjelaskan, perusahaan tersebut memproduksi telur ayam hingga menetas dan dijual dalam bentuk bibit.
Pihaknya juga sudah menyiapkan wadah plastik setinggi 60 cm yang berfungsi untuk menampung kotoran ayam. Kotoran akan ditampung di wadah selama enam bulan atau mulai dari ayam masih kecil hingga siap dipanen. Selain itu, lantainya terbuat dari cor semen yang diklaim tidak akan meresap.
Baca juga: Kisah Tukang Ojek yang Dikira Perompak Setan Botak Pembunuh Polisi
Adapun limbah ini untuk dijadikan pupuk yang dikomposisi secara alami. Saat ini, pupuk tersebut lanjutnya sudah dipesan petani Gunungkidul.
"Jadi mana mungkin ini kami buang (kotoran ayam) kalau bisa bermanfaat dan jadi uang," katanya.
Terkait limbah cair, Hanan mengakui, pihaknya tetap memiliki limbah air dari hasil pembersihan kandang atau sisa-sisa minuman ayam.
Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya menggunakan sistem air minum modern yang bewujud seperti dot bayi sehingga ayam langsung minum. Limbah air hasil pembersihan kandang akan ditampung dengan menggunakan tata kelola IPAL sesuai standar perusahaan besar lainnya.
"Sehingga saya janji tidak akan ada limbah yang mempengaruhi lingkungan seperti yang ditakutkan. Saya jamin itu," katanya.
Baca juga: Cerita Hinayah Raih Emas di Asian Games, Awalnya Diragukan tetapi Bikin Kejutan
Hanan mengakui, saat ini sudah ada ayam di kandang. Namun belum dalam skala besar karena masih ditujukan hanya untuk pelatihan.
"Karena pegawai di sini belum paham, maka dilakukan pelatihan," katanya.
Dari pantauan di lokasi, sudah ada aktivitas pekerja yang membangun peternakan diketahui dari truk keluar masuk membawa batu putih. Selain itu, para wartawan tidak diperkenankan mengambil gambar di lokasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.