Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stop Peternakan Ayam di Jantung Geopark Gunung Sewu (1)

Kompas.com - 12/09/2018, 12:55 WIB
Markus Yuwono,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Stop pembangunan peternakan ayam yang berdiri di kawasan geopark UNESCO Gunung Sewu di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Demikian harapan para pegiat wisata yang tergabung dalam Asosiasi Wisata Goa Indonesia. Mereka khawatir, pembangunan akan merusak ekosistem yang ada di dalam geopark.

Meski belum mengantongi izin, bangunan peternakan yang terletak di kawasan Dusun Tonggor, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, ini sudah berdiri megah. Bahkan, sudah beroperasi meski dalam skala kecil.

Baca juga: Banyak Jalan Menjadi Dalang di Gunungkidul (1)

President Indonesia Adventure Travel and Trade Association (IATTA) dan Asosiasi Wisata Goa Indonesia Cahyo Alkantana mengaku prihatin dengan pembangunan peternakan dengan skala besar oleh PT Widodo Makmur Unggas di kawasan bentang alam karst di Gunung Sewu UNESCO Global Geopark.

Tak jauh dari sana, terdapat geosite atau lokasi wisata di dalam Gunung Sewu, Goa Jomblang, Goa Ngingrong, dan lokasi wisata Telaga Jonge.

"Kami mengecam keras pembangunan peternakan ayam di sana. Itu merupakan jantung dari geopark Gunung Sewu yang diakui dunia," katanya saat dihubungi, Selasa (11/9/2018).

Baca juga: 4 Fakta di Balik Kasus Eko Tak Punya Jalan ke Rumah

Menurut Cahyo, protes ini bukan tanpa alasan karena kawasan karst bersifat korosi. Jika ada limbah yang masuk ke dalam tanah, maka akan turun ke mendekati sumber mata air.

"Pertama, kawasan karst memiliki sifat korositas tinggi. Artinya, apapun yang masuk ke batuan itu misalnya hujan akan masuk ke pori-pori bawah tanah. Limbah ayam dengan skala yang cukup besar dengan luas 20 hektar yang memproduksi menghasilkan limbah cukup besar tidak ada kata lain limbah dibuang ke dalam goa bawah tanah," tuturnya.

Baca juga: Awan Unik Muncul di Langit Semarang, Ini Penjelasan BMKG

Di bawah, lanjut Cahyo, Ada 3 sumber sungai bawah tanah yang bertemu di bawah peternakan, yaitu sumber Bribin, Baron dan sumber di sisi barat yang tidak bernama. Ketiga sumber air tersebut bertemu dan bermuara di Pantai Baron.

"Di Baron, air tersebut diambil untuk sumber PDAM. Bisa dibayangkan (jumlah) bakteri E-coli-nya akan tinggi sekali nantinya," ungkapnya.

Belum lagi, pencemaran udara yang dihasilkan akan mengganggu lingkungan.

"Pembangunan bangunan di sana menebang lima conical karst. Itu sudah menyalahi UU Lingkungan Hidup. Conical karst itu yang menjadikan Gunung Sewu diangkat menjadi geopark dunia. Perjuangannya tidak mudah. Saya mohon maaf, ikut berjuang mendapatkan itu (pengakuan UNESCO) dan itu sekali lagi tidak mudah," ucapnya.

Baca juga: Penjelasan Ahli Geologi soal Tanah Ambles di Sukabumi

Cahyo berharap, pemerintah daerah tegas dalam kegiatan ini sehingga bisa menyelamatkan bentang alam karst yang diperjuangkan kelestariannya.

"Bentang alam karst seperti ini hanya ada dua di dunia. Satu di Gunung Sewu, Indonesia, satu lainnya di Slovania. Kami berharap, pemerintah bisa menghentikan dulu pembangunannya. Kita duduk bersama dari pemerintah, pengelola peternakan, pegiat pariwisata, hingga ahli geologi. Nantinya baru dibahas," ucapnya.

BERSAMBUNG: Peternakan Ayam di Jantung Geopark Gunung Sewu Tak Salahi Aturan (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com