Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Umumnya Gitar dari Kayu, Kakek Ini Bikin dari Batang Bambu

Kompas.com - 11/09/2018, 08:25 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Suara gitar beralun syahdu. Rupanya itu berasal dari gitar berkelir natural nuansa serat bambu, yang dipetik seorang pria tua pada dekapannya.

Suaranya nyaring membuat hati merinding. Tak dinyana gitar itu ternyata terbuat dari batang bambu.

Kakek itu adalah Kusnan Suwiteng Janji (57). Dia sedang menyetel nada-nada gitar bambunya. Gitar itu hampir 90 persen menggunakan batang bambu sebagai bahan dasarnya.

Bagian-bagian itu mulai dari kepala, leher, hingga badan gitar, semuanya menggunakan bambu.

Ini cukup jarang ada karena selama ini yang lazim adalah gitar dibuat dari bahan kayu.

"Saya membikin gitar bambu sendiri di rumah," ujar Kusnan yang ditemui di rumahnya awal September 2018 lalu itu.

Pria yang beralamat di Kelurahan Banjaran, Gang 1, Nomor 277, Kota Kediri, Jawa Timur, ini memang mempunyai bengkel atau tempat kerja pribadi untuk memproduksi gitar yang tidak lazim itu.

Bengkel sederhana

Dari tempat usahanya itu, setiap bulan dia mampu membuat 2 hingga 3 unit gitar. Hasil produksinya banyak diminati dan kerap dibuat dengan model sesuai pesanan.

Setiap unit gitar bambu dia jual antara Rp 750.000 hingga Rp 1,5 juta. Tergantung jenis dan kesulitannya. Pembelinya datang dari berbagai daerah.

Baca juga: Gitar Buatan Raka Shidiq Ini Disebut Tertipis di Dunia

Namun jangan dibayangkan bengkel kerjanya itu besar, canggih, atau serba modern bak bengkel karya milik seniman papan atas. Bengkelnya itu cukup sederhana, sesederhana rumah yang ditinggalinya selama ini.

Rumah Kusnan berada di gang yang cukup dalam areal belakang Taman Makam Pahlawan Kota Kediri. Sedangkan bengkelnya, menumpang pada sisa sedikit tanah di samping rumah yang diberi atap seng.

Posisinya terjepit antar rumah di kawasan padat penduduk itu. Bahkan akses kendaraan yang bisa melaluinya hanya motor roda dua, maksimal becak.

Melihat bengkelnya, sangat kontras dengan dunia musik yang kerap hingar bingar apalagi dengan panggung besarnya.

Begitu juga gaya penampilannya, sangat sederhana. Kaos lusuh dan celana pendek. Apalagi aksesori yang kerap dipakai oleh seniman, tak nampak sama sekali pada dirinya.

Cara membuat gitar bambu

Teknik pembuatan gitar bambunya juga dilakukan secara manual dengan peralatan tradisional.

Satu-satunya alat modern yang membutuhkan aliran listrik di bengkel kerjanya adalah mesin penghalus atau ampelas permukaan kayu.

"Saya tidak mampu membeli alat-alat canggih, jadi saya pakai seadanya. Yang penting fungsinya sama," ujar suami dari Leginem ini.

Karena menggunakan bambu tentu mempengaruhi lamanya proses pembuatan setiap unitnya. Selain itu, dia mengerjakannya sendiri dengan sangat detail.

Pria yang dikarunia empat anak ini menjelaskan awal mula pembuatan gitar bambu. Pertama adalah memilih bambu. Dia lebih memilih menggunakan bambu Jawa sebagai bahan dasar karena masalah tekstur dan ketersediaan barang.

Awalnya bambu-bambu itu dikeringkan lalu dibelah-belah. Untuk keperluan bagian badan gitar, dia mengirisnya agak tipis. Irisan-irisan itu lalu ditata berdempetan sejajar dengan lem sebagai perekatnya.

Pengeleman ini juga memakan waktu yang lama. Sebab, untuk menjamin tiap belahan bambu menempel sempurna, selain dilem, juga diikat kuat menggunakan tali karet. Ikatan ini dibiarkan untuk beberapa hari demi tempelan sempurna.

Setelah dirasa kering, dia mulai memotong-motong kayu sesuai lekukan untuk membentuknya menjadi bodi gitar. Cara yang sama digunakan untuk kebutuhan sisi bodi lainnya.

Sedangkan untuk bagian leher gitar, dia membuat irisan bambu yang agak tebal. Beberapa irisan itu ditempel menjadi satu dengan bantuan lem lalu juga diikat dengan tali karet untuk menjaganya agar berubah bentuk. Bentuk ini didiamkan hingga lem itu benar-benar kering untuk kemudian dihaluskan permukaannya.

Setelah semua siap, dia akan merangkai menjadi unit gitar. Langkah lanjutannya adalah pewarnaan gitar dengan politur dan diakhiri dengan cat transparan. Langkah yang paling menentukan selanjutnya adalah penyetelan nada.

Tahapan demi tahapan itu dilakukannya berdasarkan perasaan dan ingatannya. Dia tidak menggunakan ukuran baku.

Bahkan, untuk menentukan tiap jarak antar senar dan penentuan titik penanda nada, dia juga tidak menggunakan alat canggih, melainkan sekadarnya. Lagi-lagi itu dibuat berdasarkan feeling dan kebiasaannya saja.

Meski demikian, gitarnya tetap laku dan banyak peminatnya. Setiap bulan setidaknya hasil produksinya laku 2 hingga 3 unit.

Awal produksi gitar bambu

Kusnan menuturkan, awalnya dia hanya membuat gitar dari kayu saja. Itu sudah dilakoninya sejak tahun 1977. Namun seiring waktu, dia merasakan harga kayu bahan gitar semakin mahal dan itu membuatnya kelabakan karena harga jual juga susah naik.

Kondisi itu membuatnya berpikir keras mencari alternatif bahan lainnya. Beberapa bahan sudah dicoba tetapi gagal. Hingga suatu kali dia melihat bambu dan langsung mencoba idenya itu. Dia hanya berpikir pasti bisa.

"Bambu itu kan bahan paling mudah didapat, di mana-mana ada," ungkapnya.

Percobaan demi percobaan dia lakukan dan sempat gagal. Namun karena ketelatenannya dan belajar dari kesalahan, akhirnya dia mampu membuatnya.

"Itu awalnya sekitar 5 tahun yang lalu," ujar kakek yang juga memproduksi selo, biola, dan alat musik lainnya yang menggunakan senar ini.

Bapak 4 anak ini mengaku tidak mempunyai latar belakang sekolah khusus untuk pembuatan gitar. Semua dilakukannya secara otodidak. Belajar dengan berdasarkan niat, keuletan, dan tekad.

Awal mula dia memproduksi gitar juga dari hal sepele. Yakni bermula dari hasrat musiknya, terutama pada gitar yang tinggi, namun tidak mempunyai uang untuk membelinya.

"Sering-sering pinjam lama-lama juga malu, akhirnya nekat bikin sendiri," ungkapnya.

Namun demikian musik adalah dunianya. Itu sudah dilakukannya sejak remaja. Bahkan semasa muda dulu, dia punya kelompok band. Lagu-lagu dari musik balada kerap menjadi andalannya. Selain itu, satu kiblat musiknya adalah musisi Harry Rusli.

Baca juga: Angkat Suara dan Petik Gitar, Mereka Perkenalkan Pencipta Lagu Himne Guru

Kelompok band itu diberi nama Belmak, kependekan dari Belakang Makam. Nama itu diambil karena para anggota grup dan markasnya di kawasan belakang Taman Makam Pahlawan.

Semasa muda itu pula dia pernah mengikuti lomba yang kala itu jurinya adalah Leo Kristi. Dia mengaku motivasi ikut lomba bukan karena lombanya, tetapi hanya karena ingin bertemu musisi idolanya.

"Saya ngefans banget sama Leo Kristi," ujar Kusnan sembari terkekeh.

Pengembangan usaha gitar bambu

Kusnan berharap ada modal tambahan untuk mengembangkan usaha gitar bambu produksinya itu. Setidaknya, modal itu untuk membeli peralatan agar menekan waktu dan biaya produksi.

Selain itu, dengan modal itu dia berharap dapat membuat galeri kecil-kecilan serta adanya jalur pemasaran. Selama ini, pemasaran dilakukan secara tradisional pula oleh kawan-kawannya.

"Saya yakin usaha ini akan dapat berkembang," pungkas Kusnan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com