LOMBOK BARAT, KOMPAS.com - Akibat gempa yang menguncang lombok selama sebulan penuh, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengklaim merugi lebih dari Rp 4,1 triliun.
"Itu senilai dengan PAD kita dalam satu tahun APBD. Kita tidak mungkin bisa menyiapkan dalam satu tahun anggaran," kata Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid, Minggu (9/9/2018).
Atas kondisi itu, Bupati Lombok Barat ini meminta seluruh jajarannya turut serta melobi pihak pemerintah pusat.
Fauzan bahkan mengistilahkan upaya lobi dengan "ngamen". Sebab, menurutnya, kerugian yang dialami di wilayahnya cukup besar akibat gempa.
"Rajin-rajin ngamen. Misalnya Dinas Kesehatan agar ngamen ke Kemenkes agar mereka mau bantu kita. Begitu juga dengan PU, Dikbud, dan lainnya. Silakan 'ngamen' ke kementerian terkait di Jakarta," kata Fauzan.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, kerusakan akibat bencana gempa bumi di Lombok meliputi 57.614 rumah rusak, 108 rumah ibadah, 84 fasilitas kesehatan, 294 sekolah/ madrasah, 26 kantor pemerintahan, 7 jembatan dan 294 kios atau toko.
Baca juga: Mendikbud Ajak Siswa dan Guru Korban Gempa Lombok Kembali Sekolah
Untuk rumah yang harus diverifikasi dan divalidasi, hingga hari ini sebanyak 36.363 unit. Terdiri dari 21.664 rusak ringan, 6.737 rusak sedang, dan 7.963 unit rusak berat.
Termasuk juga rusaknya fasilitas yang menunjang pariwisata di Lombok Barat, salah satunya di Senggigi.
“Tapi kita tak boleh berdiam diri, event-event pariwisata Senggigi akan menghidupkan lagi geliat pariwisata kita. Kerugian akibat gempa ini harus diimbangi dengan kerja keras, salah satunya menghidupkan lagi pariwisata,” katanya.
Kerugian akibat gempa
Sementara itu, angka kerugian akibat gempa tadi dirilis sebagai hasil kajian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lombok Barat.
"Dalam menghitung angka tersebut, kita didampingi oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, red)," ujar Kepala Bappeda Lobar H Baehaqi.
Baehaqi memperkirakan, akibat gempa tersebut, infrastruktur yang rusak senilai Rp 3,65 triliun dan kerugian Rp 442 miliar.
"Total kerusakan dan kerugian kita mencapai lebih dari 4,1 triliun rupiah," terang Baehaqi menunjukkan angka absolutnya.
"Belum termasuk yang immateril, seperti korban meninggal, luka-luka, dan yang terpaksa mengungsi," lanjut Baehaqi.