Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Jebolan SMP Ekspor Vespa Modifikasi Tank ke Eropa (2)

Kompas.com - 09/09/2018, 11:31 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Khairina

Tim Redaksi

Asal Usul Vespa Tank

Usaha ini dimulai tahun 2009 yang lalu dan berawal dari ketidaksengajaan. Yogi tidak pernah memperkirakan, hasil karyanya yang berlabel Vespa Tank RSJ Kediri akan sangat terkenal seperti saat ini.

Yogi menuturkan, semua itu berawal saat dia dan teman karibnya di Klub Vespa Rosok Scooter Jahanam (RSJ) Kediri yang dikenal dengan nama T-posh membutuhkan angkutan untuk menunjang kebutuhan hariannya.

T-posh mempunyai ide dan gambaran modifikasi vespa, lalu Yogi yang mengembangkan dan merakitnya.

Yogi sendiri saat itu sedang membuka usaha bengkel las. Vespa hasil kreasi mereka itu selain untuk tampil gaya khas scooterist ( julukan penunggang vespa) yang nyentrik, juga untuk memenuhi kebutuhan angkutan usaha lasnya itu.

Suatu kali, kendaraan vespa tank yang dirakitnya itu dijual karena sudah usang dan ia hendak merakit yang baru. Ternyata, banyak yang ingin membeli kendaraan itu karena dianggap keren dan sangar.

Yogi kemudian membuat vespa baru dengan beberapa perbaikan dari buatan yang pertama. Lagi-lagi, meski dipakai untuk kebutuhan pribadi, banyak juga yang ingin membelinya.

Melihat pasar yang bagus itu, dia kemudian membuat lagi khusus untuk dijual. Dari situ ternyata pasar sangat bagus menyambutnya dan pesanan datang dari berbagai tempat.

Bahkan, melalui seorang perantara dari Yogyakarta, vespa itu sudah merambah pasar Eropa.

Baca juga: Pemuda Jebolan SMP Ekspor Vespa Modifikasi Tank ke Eropa (1)

Yogi memastikan hasil kreasinya masuk pada kategori ekstrem, bukan vespa sampah. Vespa sampah secara umum untuk mengidentifikasi vespa kreasi dengan berbagai macam sampah sebagai aksesorinya.

RSJ bersama-sama dengan klub penggemar vespa ekstrem lainnya menolak keberadaan vespa sampah.

Berawal dari Kenekatan

Yogi membuka bengkel las atas jerih payahnya sendiri. Bengkel itu buka berdasarkan niat dan kenekatannya pada tahun 2009.

"Nekat karena saat itu saya tidak mempunyai ilmu las sedikit pun," ujar Yogi.

Bahkan, modal untuk membuka bengkel las itu sendiri berasal dari uang hasil menggadaikan mobil. Itu juga bukan mobil milik sendiri, tapi mobil yang digadaikan orang kepada Joko Suhendro, bapak Yogi.

Orangtuanya saat itu juga sempat marah saat mengetahui mobil titipan orang malah digadaikan Rp 4 juta. Tetapi, Yogi bersikukuh dan yakin dia akan mampu melunasinya.

"Saat itu, meski lama, saya berhasil menebusnya kembali," ujarnya sambil tertawa.

Dari modal itu, tentu tidak cukup banyak peralatan yang dapat dibelinya. Dia hanya mampu membeli seperangkat alat dasar pengelasan saja. Sisanya dia beli dengan mencicil.

Dia memutuskan membuka bengkel las karena mempunyai keyakinan atas pasar yang jelas.Kawan-kawannya banyak yang mempunyai vespa sehingga ia beranggapan suatu saat pasti membutuhkan jasa pengelasan atas tunggangan mereka.

Baca juga: Skuter Listrik Vespa Mulai Menjajaki Pasar

Selain itu, untuk menunjang perekonomian di saat sepi order las dari kawan-kawannya, dia juga menerima pembuatan pagar dari besi yang juga ramai peminatnya.

Pemilihan bengkel las itu sendiri sebagai jawaban atas keresahan kedua orangtuanya terhadap perilakunya yang "liar" saat itu.

Kecintaan Yogi pada motor asal Italia itu telah membuatnya hampir lupa akan segalanya. Setiap hari jarang pulang dan aktivitasnya tidak lepas dari vespa bersama kawan-kawan klubnya.

"Sedari awal saya ada di klub Rosok Scooter Jahanam (RSJ) Kediri," ujarnya.

RSJ yang diketuai T posh sendiri merupakan klub vespa yang cukup besar dan beraliran ekstrem. Tunggangan para scooterist di klub ini dipastikan tidak ada yang biasa. Semuanya dalam bentuk modifikasi beraneka macam. 

Kecintaannya pada dunia vespa saat itu membuat statusnya sebagai pelajar juga terpengaruh. Pendidikannya tidak berjalan mulus karena sering bolos untuk touring ke berbagai daerah dan kegiatan-kegiatan klubnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com