Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Anggota DPRD Kota Malang yang Tersisa Tunggu Hasil PAW untuk Jalankan Fungsinya

Kompas.com - 07/09/2018, 06:43 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang hingga saat ini masih lumpuh. Agenda legislatif yang tertunda belum bisa dilanjutkan.

Diskresi untuk melakukan proses sidang meski berjumlah lima orang tidak dilakukan. Pemerintah Kota Malang bersama para pimpinan partai politik memilih fokus untuk mengisi kursi yang kosong dengan pergantian antarwaktu (PAW).

Saat ini, terdapat 40 dari 41 anggota dewan yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang harus dilakukan PAW. Sebab, satu dari 41 anggota dewan yang ditangkap KPK sudah selesai di PAW, yakni Yaqud Ananda Gudban yang digantikan oleh Nirma Cris Desinidya.

Proses PAW tersebut sudah selesai karena diproses sejak Yaqud Ananda Gudban mundur ketika mencalonkan diri sebagai wali kota. Yaitu sebelum ditetapkan menjadi tersangka.

Baca juga: Cerita Lengkap Perjalanan Kasus Suap yang Menyeret 41 Anggota DPRD Kota Malang

Dengan demikian, jumlah anggota DPRD Kota Malang tersisa lima orang meskipun ada 41 orang yang ditangkap KPK. Yaitu Abdurrochman, Subur Triono, Priyatmoko Oetomo, Tutuk Haryani ditambah Nirma Cris Desinidya.

Abdurrochman selaku pimpinan DPRD Kota Malang mengatakan, pihaknya menunggu proses PAW selesai untuk melanjutkan fungsi dewan.

"Apa yang diimbau oleh Pak Karwo (Gubernur Jawa Timur Soekarwo) yaitu untuk diadakan PAW cepat. Sehingga prosesnya sudah kami bicarakan dengan semua parpol yang ada. Alhamdulillah semua parpol sangat antusias, bahwa ini yang terbaik untuk Kota Malang," katanya di gedung DPRD Kota Malang, Kamis (6/9/2018).

Baca juga: Fakta Kasus Suap DPRD Kota Malang, 20 Tersangka Nyaleg Lagi hingga Kecaman Masyarakat

Politisi PKB itu mengatakan, PAW ditargetkan rampung pekan ini sehingga pada Senin (10/9/2018) pekan depan bisa dilantik. Dengan begitu, kursi dewan akan penuh kembali dan kembali menjalankan fungsinya dengan maksimal.

"Setelah nanti pelantikan yang 41 anggota baru ini fungsi dewan sudah maksimal kembali," katanya.

Nirma Cris Desinidya mengaku belum bisa berbuat apapun sebelum proses PAW terhadap 40 anggota DPRD Kota Malang rampung.

"Ada kemungkinan akan diadakan PAW massal agar tetap memenuhi quorum dan DPRD bisa kembali menjalankan tugas yang sempat tertunda," kata Nirma yang merupakan politisi Partai Hanura.

Baca juga: Lilin dan Doa Bersama untuk DPRD Kota Malang yang Ditinggal 41 Anggotanya

Subur Triono mengatakan hal yang sama. Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu masih memunggu hasil PAW terhadap 40 anggota dewan yang ditangkap KPK.

"Ditunggu saja Satgas PAW yang sudah dibentuk. Kita lihat Senin nanti hasilnya seperti apa," ungkapnya.

Sementara itu, Priyatmoko Oetomo dan Tutuk Haryani tidak bisa dihubungi sejak penahanan terhadap 22 anggota dewan. Keduanya dikabarkan sakit.

Seperti diketahui, kasus suap pembahasan P-APBD Kota Malang tahun anggaran 2015 senilai Rp 700 juta oleh KPK sudah menyeret 41 anggota DPRD Kota Malang, mantan Wali Kota Malang Moch Anton dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengawasan Bangunan (DPUPPB) Kota Malang tahun 2015, Jarot Edy Sulistyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com