Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Perajin Tahu Harus Beradu Cepat dengan Dollar AS

Kompas.com - 06/09/2018, 18:44 WIB
Markus Yuwono,
Reni Susanti

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Terus naiknya nilai tukar dollar Amerika terhadap Rupiah, berdampak signifikan bagi perajin tahun di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta

Akibatnya, perajin memperkecil ukuran tahu. Namun jika kondisinya tidak membaik, mereka akan segera menaikkan harga tahu.

Salah seorang perajin tahu di Dusun Sumbermulyo, Desa Kepek, Wonosari, Sakiyo mengatakan, harga kedelai impor sebagai bahan baku tahu terus melambung tinggi. 

"Dua bulan lalu perkilogramnya masih Rp 6.800 perkilogramnya itu sudah tinggi banget, biasanya Rp 6.500. Sekarang Rp 7.400 perkilogramnya, kenaikan terus terjadi," ujar Sakiyo, Kamis (6/9/2018).

Baca juga: Rupiah Anjlok, Tak Pengaruhi Proyek Besar di Kota Magelang

Sakiyo menjelaskan, sebanyak 17 perajin tahu di daerahnya menghabiskan 4,5 ton kedelai impor setiap harinya.

Hal ini sangat menyulitkan, apalagi bisnis tahu mengalami pasang surut. Tidak hanya sekarang, tapi sejak masa orangtuanya sekitar tahun 1965.

Pasang surut yang dirasakan paling berat, saat harga kedelai yang menjadi bahan baku, terus naik.

"Dulu 1,5 tahun lalu sempat naik jadi Rp 8.200 perkilogramnya. Tetapi hanya beberapa hari, setelah itu turun menjadi Rp 6.500," ucapnya.

Bersama belasan produsen lainnya, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi untuk menaikkan harga tahu. Kenaikan yang diusulkan Rp 3.000 per papannya. 

Sejak kenaikan harga kedelai, setiap satu ton kedelai yang dijadikan tahu, pihaknya mengalami penurunan omzet sebesar Rp 1 juta.

"Sementara dikecilkan dulu, kalau dulu satu papan ada 25 tahu sekarang jadi 35. Untuk kenaikan harga menunggu rapat dengan perajin lainnya," tuturnya.

Baca juga: Rupiah Melemah, Perajin Tempe di Bekasi Mengeluh

Menurut dia, kualitas kedelai lokal lebih baik dibanding kedelai impor yang berasal dari Amerika. Namun sampai saat ini, pemerintah belum mendorong pemenuhan kedelai lokal.

"Kalau ini (kedelai impor) didiamkan, 1 sampai 1,5 bulan, sari patinya akan berkurang. Berbeda dengan lokal yang masih baik. Tetapi hasil panen di sini dibeli saja hanya beberapa hari sudah habis," ujarnya.

Bagi dirinya dan puluhan pembuat tahu, bulan ini merupakan bulan paling sulit. Sebab di samping harga kedelai meningkat, harga kayu bakar juga meningkat, ditambah solar sulit didapat.

"Semoga pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai, jangan sampai terus melambung," ucapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com