BENGKULU, KOMPAS.com - Ratusan sopir angkot lima warna di Kota Bengkulu, menggelar aksi mogok untuk ketiga kalinya pada Rabu (5/9/2018). Aksi mogok para sopir angkot ini menuntut pemerintah segera menutup aplikasi angkutan online Grab
Aksi mogok ini dilakukan di halaman kantor Gubernur Bengkulu. Ratusan sopir angkot tersebut berasal dari angkot merah, putih, kuning, hijau dan biru.
"Kami menegaskan agar pemerintah tegas segera menutup aplikasi Grab. Grab telah merugikan kami pengemudi angkot," kata koordinator aksi Tiar.
Menurut mereka sejak ada Grab pendapatan mereka menurun hingga 50 persen.
Baca juga: Ratusan Sopir Angkot Bengkulu Demo Tuntut Grab Berhenti Beroperasi
"Kami minta Grab segera ditutup karena mereka tidak berizin dan tidak bayar pajak ke negara. Berbeda dengan kami yang bayar pajak. Tidak adil," jelas Tiar.
Sementara itu ketegangan terus terjadi antara pengemudi Grab Car dan sopir angkot. Beberapa kali perkelahian terjadi namun dapat diselesaikan oleh polisi.
Offline
Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Dinas Kominfotik) Provinsi Bengkulu mengeluarkan surat 551/I208/DKS tentang Penutupan/Nonaktif (offline) angkutan dengan Aplikasi yang Tidak/Belum Berizin.
Surat ini keluar menyusul pertemuan perwakilan angkot lima warna yang memprotes beroperasinya angkuran online tanpa memenuhi izin di daerah itu.
Sekretaris Dinas Kominfotik Provinsi Bengkulu Ferri Ernes membenarkan keluarnya surat tersebut.
Baca juga: Pemprov Bengkulu Minta Aplikasi Angkutan Online Dinonaktifkan
“Berdasarkan hasil hearing perwakilan angkot lima warna, Dinas Kominfotik meminta Grab ditutup di Bengkulu," ujar Ferri, Rabu (15/8/2018).