Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta "Si Macan Asia", Rumah Hampir Roboh hingga Tak Punya BPJS

Kompas.com - 01/09/2018, 17:26 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Farid Assifa

Tim Redaksi

3. Janji dana pensiun dari pemerintah tak ditepati

Segudang prestasi milik Hendrik saat itu memang membuat pemerintah pusat menjanjikan dana pensiun. Menurutnya, saat itu Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Periode 2004-2009, Adhyaksa Dault yang menyampaikan terkait dana pensiun itu.

"Pak Adhyaksa waktu beliau menjadi Menpora menjanjikan mengusahakan pemerintah akan memberikan pensiun bagi peraih medali emas olimpiade dan Asian Games. Namun sampai sekarang nggak ada realisasinya," tutur Hendrik.

"Padahal kalau melihat jumlah atlet yang mendapat medali emas dari Olimpiade dan Asian Games tidak banyak," sambungnya.

Namun, meskipun kondisi hidupnya penuh kesulitan, Hendrik mengakui bahagia dalam menjalani kehidupan sederhana.

"Saya gak tahu, tapi sehari-hari saya masih bisa makan," kata Hendrik dengan nada penuh semangat.

Baca Juga: Doa Dalam Satu Bidikan, Tera Raih Perak di Cabor Menembak Asian Games

4. Jual rumah hadiah pemerintah

Bagian rumah tersisa milik Hendrik Brocks setelah direhab pada 2017 di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (30/8/2018). Sebelumnya rumah peninggalan keluarganya itu nyaris ambruk.KOMPAS.com/BUDIYANTO Bagian rumah tersisa milik Hendrik Brocks setelah direhab pada 2017 di Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (30/8/2018). Sebelumnya rumah peninggalan keluarganya itu nyaris ambruk.

Tahun 2007, Menpora Adhyaksa Dault akhinrye menyumbangkan sebuah rumah untuk Hendrik.

Namun sayangnya, rumah hadiah tersebut terpaksa dijual untuk memperbaiki rumah warisan keluarganya yang dia tempati hingga sekarang. Rumah warisan keluarganya tersebut sudah rapuh da nyaris ambruk.

"Ini rumahnya sebenarnya sudah roboh dan baru direhab. Alhamdulillah tahun 2007 Pak Adhyaksa Dault memberikan sebuah rumah di perumahan. Namun selama 10 tahun tidak boleh dijual, akhirnya belum lama ini dijual dan uangnya dipakai untuk rehab rumah ini," katanya dia.

Baca Juga: Beginilah Kisah Tragis Pahlawan Olahraga Indonesia

5. Berjuang dengan hati seorang bapak

Sepeda balapRyan McVay Sepeda balap

Roda kehidupan Hendrik tersebut berjalan. Hendrik pun juga memberikan dukungannya bagi kontingen Indonesia, khususnya tim balap sepeda yang berlaga di Asian Games 2018.

Dia pun berbagi cerita kerja keras para atlet era 1960-1980-an.

"Menjadi pebalap sepeda itu tidak bisa instan, perlu percaya diri, memotivasi diri sendiri, termasuk harus ada target. Dan tentunya berlatih lebih keras lagi dan tidak cengeng," kata Hendrik.

"Kalau latihannya hanya mengayuh sepeda saja, tidak jelas. Makanya harus ada target, latihan bisa sampai tenaga terakhir berarti ada kemajuannya. Ini yang dilakukan oleh bapak, juga saat bapak melatih anak-anak juga begitu," katanya.

Baca Juga: Nasib Pahlawan Olahraga Memprihatinkan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com