Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pemain Sepak Takraw Asian Games: Diabaikan KONI hingga Mendaur Ulang Bola Rusak

Kompas.com - 27/08/2018, 13:11 WIB
Rosyid A Azhar ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Kompas TV Minimnya informasi soal harga dan ketersediaan tiket membuat para calon penonton kecewa.

Meskipun latihan sudah dijadwalkan dan dijalani, tidak jarang ada hal lain yang mengalangi di luar perkiraan pemain dan pelatih. Seperti rusaknya bola takraw yang mereka gunakan.

Baca juga: Sepak Takraw Dapat Medali Emas Asian Games 2018, Mengapa Tidak?

“Kami terpaksa menjahit sendiri bola yang rusak, termasuk mendaur ulang bola takraw yang sudah tidakdigunakan lagi. Semuanya dalam keterbatasan,” kata Asry Syam.

Menyiapkan para pemain takraw asal Gorontalo ini tidak mudah. Perjalanan panjang dimulai saat para pemain ini masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dan  sekolah menengah pertama (SMP). Mereka direkrut untuk disiapkan menjadi pemain takraw yang handal pada masanya.

Jalan panjang dilalui para pemain ini. Mereka harus disiplin dalama latihan, tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Sepanjang tahun mereka mengunyah menu latihan yang sama, namun semakin berat porsinya dari tahun ke tahun.

Saat menjelang pertandingan, mereka latihan seperti biasanya. Berbeda dengan daerah lain yang memanggil pemain untuk mengikuti pemusatan latihan (training center), para pemain takraw Gorontalo tidak ada istilah ini. Mereka tetap saja latihan seperti biasanya di sela menjalakan aktivitas kesehariannya.

Kunci sukses melatih pemain takraw asal Gorontalo dibeber Asry Syam, ia menyebut faktor psikologi berperan penting dalam meraih prestasi.

Baca juga: Remaja Gorontalo Utara Ini Terinspirasi Atlet Nasional Sepak Takraw

Menurutnya, orang Gorontalo memiliki karakter pemberani, ini dipengaruhi faktor lingkungan, daratan daerah ini terbentuk oleh karang dasar samudera yang kokoh, tidak ada lapisan tanah yang subur, ini membentuk karakter manusia yang tidak mudah menyerah dan pemberani.

Sifat pemberani para atlet takraw ini kemudian ditata dalam permainan takraw yang keras dan penuh kejutan.

“Tugas kami menata jiwa para pemain sambil menata teknik. Yang terpenting adalah bagaimana para pemai melawan diri mereka sendiri untuk menyajikan permainan bagus dan teknik yang diajarkan keluar semua,” ujar Asry Syam.

Ajang Asian Games tahun ini menjadi pembuktian para pemain takraw asal Gorontalo. Dua perunggu  sudah ditangan, sore ini mereka menghadapi tim Korea untuk nomor beregu di semifinal.

Asry Syam dan juga pemain lainnya, usai laga di Asian Games ini bermimpi untuk memiliki lapangan sepak takraw yang dapat dikelola. Harapan mereka adalah juga harapan masyarakat Gorontalo meskipun Pemerintah Provinsi dan KONI Gorontalo tidak pernah melihat mereka latihan selama ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com