Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Konservasi Penyu Kulon Progo Lepasliarkan 108 Tukik

Kompas.com - 25/08/2018, 21:55 WIB
Dani Julius Zebua,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Kelompok warga Penyu Abadi Pantai Trisik, BKSDA DIY, dan para karyawan Tara Hotel asal Yogyakarta melepasliarkan penyu ke laut.

Sebanyak 108 anak penyu (tukik) dan satu penyu dewasa dilepas ke Pantai Trisik, pantai wisata yang berada di Kecamatan Galur, Kukon Progo, DIY.

General Manajer Tara Hotel, Jiman Budiharja mengungkapkan, di mana pun entitas bisnis tetap memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan. Bila biasanya diwujudkan lewat aksi menanam pohon, Tara Hotel melirik aksi lain yang perlu juga mendapat perhatian, yakni pelestarian dan perlindungan pada penyu sebagai satwa yang dilindungi.

"Kami biasanya melaksanakan donor darah dan di bidang lingkungan tadinya kita mau tanam pohon. Sekarang lokasi tanam pohon sudah sulit, kami mencari di mana lokasi kita bisa support. Bekerja sama dengan BKSDA ini maka kita melepas 108 tukik," kata Jiman di Trisik, usai pelepasliaran, Sabtu (25/8/2018).

Satwa penyu, menurutnya, memiliki fungsi dan peran penting dalam keanekaragaman hayati di lingkungan laut. Aktivitas penyu memakan rumput laut dan alga mempengaruhi jumlah karbon dilepas.

Penyu juga mengontrol distribusi spons, memangsa ubur-ubur, mendistribusikan nutrisi dan mendukung kehidupan mahluk air yang lain. Penyu seperti menjaga kesehatan laut.

Tantangannya besar dalam mempertahankan populasi penyu ini. Karenanya perlu pelestarian dan perlindungan bagi penyu dan mendorong bertambahnya populasi.

"Karenanya kami akan menjadikan agenda rutin tahunan ke depan," kata Jiman.

Kelompok konservasi di pantai DIY tidaklah banyak. Pantai di selatan Yogyakarta dan termasuk wilayah Kulon Progo sejauh 24 kilometer meliputi empat kecamatan, yakni Galur, Panjatan, Wates, dan Temon.

Sepanjang itu garis pantai, konservasi penyu Kulon Progo hanya ada dilakukan kelompok warga Penyu Abadi Trisi di Kecamatan Galur.

Ketua Penyu Abadi, Jaka Samudra menceritakan, dulunya nelayan sepanjang pantai sering kali mendapati penyu indukan tersangkut jaring, dikonsumsi, maupun diambil telurnya untuk dijual.

Perilaku warga berangsur berubah sejak upaya perlindungan dan pelestarian penyu muncul di antara warga di 2002. Sejak itu, banyak warga pantai dan nelayan khususnya di Trisik lebih memilih menyelamatkan telur, menetaskannya, lantas dilepaskan dan dikembalikan ke laut.

"Sekarang di daerah kami tidak ada lagi perburuan penyu dan telur," kata Jaka.

Penyu Abadi (PA) Trisik pun masih aktif hingga kini. Sebelumnya, Jaka juga mengakui perjalanan PA lebih banyak swadaya. Karenanya, PA terus mengupayakan terobosan dengan cara membuka sumbangan sukarela dari berbagai kalangan.

Mengajak pihak ketiga untuk terus peduli pada pelestarian dan perlindungan penyu merupakan salah satu cara mereka menggalang dana untuk memperpanjang nafas upaya pelestarian dan perlindungan penyu di pantai selatan Kulon Progo ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com