Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Water Bombing" Tak Efektif Atasi Kebakaran Lahan di Pontianak

Kompas.com - 23/08/2018, 20:22 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com - Wakil Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyebutkan bahwa upaya pemadaman menggunakan teknik water bombing dari helikopter milik BNPB tidak efektif untuk pemadaman di wilayah Pontianak.

Hal tersebut diungkapkan Edi saat meninjau lokasi kebakaran lahan gambut yang terjadi di belakang Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura (Untan), Jalan Sepakat II, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/8/2018).

"Saya melihat karena ini lahan gambut yang cukup dalam ya, sekitar 6 meter, jadi dengan sistem water bombing yang kita saksikan itu kurang maksimal," ujar Edi.

"Yang efektif saya lihat disini ya dengan selang, karena selang ini pertama volume air yang disemprotkan besar, kedua bisa lebih fokus. Nah ini yang bisa memadamkan api," tambahnya.

Baca juga: Padamkan Kebakaran Lahan di Pontianak, Alat Berat Dikerahkan untuk Tambah Pasokan Air

Meski demikian, sambung Edi, usai dipadamkan, lahan tersebut juga mesti terus menerus dijaga.

"Karena seperti kemarin, waktu ditinggal, ternyata dibawah masih ada bara api. Begitu kena angin, api membara kembali dan di waktu malam, dimana kita sedang istirahat," ujarnya.

Lokasi kebakaran lahan di belakang kampus Untan sudah terjadi sejak Rabu (22/8/2018) sore. Upaya pemadaman pun masih terus dilakukan hingga Kamis (23/8/2018) malam.

"Kalau kita lihat yang kita saksikan ini, ini adalah wilayah Untan, tanah nya milik Untan. Ini penyebab kebakaran kita prediksi rembetan di bawahnya," kata Edi.

Baca juga: 4 Helikopter Water Bombing Lakukan Pemadaman Kebakaran Hutan di Riau

"Pemantik awal itu yang harusnya diselidiki, kita gak tau siapa. Kan bisa saja orang bakar puntung rokok atau orang bakar sedikit dan terus merembet, ini yang jadi masalah. Kalau orangnya jelas, ya ditangkap dan diproses," sambungnya.

Edi menambahkan, berdasarkan hasil pantauan udara yang ia lakukan bersama Pangdam XII Tanjungpura, penyumbang asap yang terbesar adalah terjadinya kebakaran lahan gambut yang masuk dalam wilayah administratif Kota Pontianak.

"Ini luar biasa asapnya, banyak sekali," ungkapnya.

Edi berharap, kerja keras para petugas pemadam baik itu dari BPBD Kota Pontianak, Damkar Pemkot, Damkar Swasta, TNI dan Polri, Manggala Agni, Basarnas serta sejumlah lembaga lainnya bisa memperkecil luas kebakaran dan bisa memadamkan api.

Baca juga: Polisi Kembali Tangkap Pelaku Pembakar Lahan di Pontianak

"Kita juga berharap kedepannya, BNPB juga bisa membantu selang dan pompa dengan kapasitas besar, termasuk bak air untuk memadamkan secara langsung," harapnya.

"Jadi water bombing yang dari heli, kita lihat kurang efektif jika wilayahnya sangat luas," tutupnya.

Kompas TV Selama dua hari terakhir, kualitas udara di Kota Pontianak sempat masuk kategori berbahaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com