DEMAK, KOMPAS. com - "Allahu Akbar.... Allahu Akbar... Allahu Akbar....".
Takbir membahana di Pendopo Pangeran Wijil V, di Kelurahan Kadilangu, Kabupaten Demak, Jateng, Selasa (21/8/2018) malam.
Gema takbir tersebut, mengiringi prosesi keluarnya Nasi Ancakan dari dalam pendopo menuju ke halaman.
Ratusan nasi ancakan berisi urap (gudangan), ikan asin dan potongan daging yang dibungkus daun jati dan diletakkan di atas ancak bambu (anyaman bambu) segi empat dijejerkan rapi di halaman.
Baca juga: Festival Meugang, Tradisi Membelah Kepala Sapi di Banda Aceh
Ribuan warga dari berbagai daerah menanti-nanti datangnya nasi ancakan malam itu. Mereka tidak sabar untuk mendapatkan nasi yang dipercaya mendatangkan berkah itu.
Setelah doa dibacakan dan kentongan dipukul, warga langsung menyerbunya. Hanya dalam hitungan menit, nasi ancakan itu pun ludes.
Rebutan nasi ancakan merupakan tradisi yang berlangsung sejak berabad-abad lalu dan selalu dinantikan warga untuk "ngalap berkah".
Baca juga: OTT Pungli SIM, Kapolres Kediri Terima Rp 50 Juta Tiap Minggu
Warga, baik orangtua maupun anak-anak, saling berebut untuk mendapat nasi ancakan itu. Sebagian dimakan di tempat, ada pula yang dibawa pulang ke rumah masing-masing.
Dipercaya bawa berkah
Warga percaya bahwa nasi ancakan mempunyai banyak khasiat dan manfaat. Banyak warga menjadikan nasi ancakan benda bertuah dan sarana (wasilah) kepentingan sesuai kebutuhan.
"Nasi ancakan ini bisa untuk pertanian dan pengobatan. Ini pesanan mertua, nanti ditaruh di pojok-pojok sawah. Alhamdulillah, tikus hanya lewat dan sawah mertua saya juga tidak diserang hama. Nasi ancakan ini hanya media perantara. Yang penting, kita yakin karena semua itu kehendak Allah SWT, " kata Siaga (37) asal Welahan, Kabupaten Jepara, Jateng.
Mereka yang berhasil mendapatkan nasi ancakan sebagian berbagi kepada sesama warga lainnya.