Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Kekuatan "Earthbag House", Rumah Tahan Gempa di Yogyakarta (2)

Kompas.com - 21/08/2018, 11:19 WIB
Wijaya Kusuma,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Rumah bulat di Jalan Raya Prambanan, tepatnya di Dusun Tamanan Pabrik, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, akan langsung menyita perhatian siapa saja yang lewat karena bentuknya yang unik.

Namun, jika menelusuri lebih jauh, rumah ini mengusung konsep tahan gempa dan ramah lingkungan. 

Rumah milik Iswanti Suparma dibangun dengan pertimbangan bahwa kawasan itu rawan gempa. Dari internet, Iswanti mengenal konsep earthbag house yang ramah pada bencana gempa. Ada dua round house di atas lahan seluas 360 meter persegi.

Baca juga: Mengintip Rumah Tahan Gempa di Yogyakarta, Dibangun dengan Pasir, Jerami hingga Kotoran Sapi (1)

Tak mudah bagi Iswanti untuk meyakinkan orang-orang yang terlibat dalam pembangunan rumahnya. Siapa yang percaya, sebuah rumah tahan gempa bisa dibangun dari karung berisi material alami, seperti kapur, tanah dan jerami.

Lalu dindingnya diplester dengan campuran kotoran sapi yang telah disterilkan, kapur dan jerami. Fondasinya? Bukan beton. Tetapi pasir, batuan krakal dan kerikil.

Iswanti saat berfoto di tengah-tengah lingkaran dinding rumahnya yang terbuat dari karung beras berisi material alami. Rumah saat difoto dalam tahap pembangunan. Rumah dengan konsep tahan gempa dan ramah lingkungan ini terletak di Jalan Raya Prambanan, tepatnya di Dusun Tamanan Pabrik, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.dok pribadi Iswanti Iswanti saat berfoto di tengah-tengah lingkaran dinding rumahnya yang terbuat dari karung beras berisi material alami. Rumah saat difoto dalam tahap pembangunan. Rumah dengan konsep tahan gempa dan ramah lingkungan ini terletak di Jalan Raya Prambanan, tepatnya di Dusun Tamanan Pabrik, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Tukang bingung

Ada tujuh tukang bangunan yang mengerjakan rumah Iswanti. Awalnya, ketujuh tukang ini tidak percaya bahwa karung beras yang diisi tanah, kapur, dan jerami lantas disusun akan menjadi fondasi yang kuat untuk mendirikan sebuah rumah. Namun Iswanti meyakinkan mereka.

"Mereka tidak tahu dan baru kali ini mengerjakan konsep ini. Jadi awalnya tidak percaya. Kepala tukangnya insinyur tetapi juga baru pertama ini mengerjakan teknik ini," tuturnya.

Seminggu pertama, Iswanti mengajak para tukang untuk menonton video tentang konsep earthbag house dan proses pembangunan rumah dengan teknik SuperAdobe yang diunduhnya.

"Mereka belajar bersama-sama dengan nonton video, terus dicoba, seperti itu. Sampai ada tukang yang bilang, 'aku ke sini untuk kerja bukan untuk belajar'," katanya sambil tertawa.

Baca juga: Kampung Teletubbies, Kampung Unik dengan Rumah-rumah Tahan Gempa

Menurut dia, rumah yang dibangun dengan teknik SuperAdobe sangat memungkinkan dibangun oleh siapapun sebab semua material yang digunakan mudah didapatkan di Indonesia.

"Rumah seperti ini bisa dibuat dengan biaya yang murah. Kalau di kampung semua materialnya ada. Yang dibeli mungkin hanya karung dan kawat duri saja," ungkapnya.

Besar rumah, lanjutnya, juga bisa disesuaikan dengan dana yang dimiliki dan luasnya lahan. Jika hanya keluarga kecil bisa membuat satu unit sehingga menekan biaya.

"Kalau dikerjakan bersama-sama, tentu akan lebih cepat. Saya kan menggunakan tukang dan membangun dua unit, jadi lebih memakan waktu," tuturnya.

Iswanti mengatakan, biaya pembangunan round house dengan diameter dalam 7,5 meter dan tinggi 8 meter juga tidak mahal.

"Saya hitung, untuk unit seserhana itu cost-nya untuk material bangunan sedikit sekali, bisa di bawah 25 juta. Di luar tukang lho ya," tuturnya.

Bersambung: ini rahasia kekuatan rumah earthbag house...

 

Salah satu unit earthbag house di rumah Iswanti sisi selatan. Pemiliknya, Iswanti, membangun dua unit di sisi selatan dan utara lalu disambung menjadi satu sehingga rumah semakin luas. Rumah dengan konsep tahan gempa dan ramah lingkungan ini terletak di Jalan Raya Prambanan, tepatnya di Dusun Tamanan Pabrik, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Salah satu unit earthbag house di rumah Iswanti sisi selatan. Pemiliknya, Iswanti, membangun dua unit di sisi selatan dan utara lalu disambung menjadi satu sehingga rumah semakin luas. Rumah dengan konsep tahan gempa dan ramah lingkungan ini terletak di Jalan Raya Prambanan, tepatnya di Dusun Tamanan Pabrik, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Rahasia tahan gempa

Iswanti mengawali membangun rumah dengan membuat fondasi sedalam lebih kurang lebih setengah meter. Fondasi dibuat melingkar seperti cincin.

"Fondasi yang seperti cincin di dalamnya diisi dengan material (batuan) krakal, kerikil dan pasir. Fondasi ini disebut floating foundation," ungkapnya.

Di atas lapisan material itu lalu diletakkanlah karung beras yang sudah diisi dengan tanah, kapur dan jerami. Karung ini ditumpuk melingkar sesuai fondasi.

"Karung tadi ditumpuk, dipadatkan, lalu dikasih kawat duri. Ditumpuk lagi, dikasih kawat duri lagi. Kawat duri ini fungsinya untuk mengunci antara tumpukan karung yang di atas dengan di bawahnya," tutur dia.

Menurut Iswanti, rahasia kekuatan hingga ketahanan akan guncangan gempa bangunan ini terletak pada fondasi yang disebut floating foundation. Material fondasi tidak menggunakan bahan yang sifatnya keras dan kaku.

"Kekuatan SuperAdobe dari gempa itu karena fondasinya. Komponennya bukan beton, kolom besi atau semen tetapi (batuan) krakal, kerikil dan pasir. Jadi bisa meredam getaran, mengikuti getaran, fleksibel dan tidak kaku," ungkapnya.

Kemampuan meredam getaran gempa, lanjut dia, juga ada pada bentuk lingkaran seperti cincin. Konstruksi lingkaran juga dibuat tidak menyatu tetapi terpisah satu sama lain.

"Dengan melingkar, kalau ada getaran, itu akan dia membagi. Lingkaran ini kan dibuat satu unit terpisah atau monolitik. Inilah yang membuat kekuatannya tidak terpencar ke mana-mana," katanya.

"Itulah mengapa saya awalnya membuat satu unit rumah di sini, terus membuat lagi di sebelah sana, baru disambungkan," tambah dia.

Rahasia kekuatan lainnya, lanjut Iswanti, ada pada karung beras yang digunakan. Karung beras yang digunakan berukuran panjang dan ditumpuk dengan ujungnya tidak sejajar antara yang di atas dengan yang di bawah.

"Menyusunnya itu selang-seling. Kalau ujung satunya di sebelah sini, di atasnya, ujungnya di sana. Jadi saling mengikat sehingga kuat," ungkapnya.

Iswanti paham bahwa teknik SuperAdobe sudah terbukti kuat terhadap guncangan gempa. Berdasarkan pengalaman, pada saat gempa bumi mengguncang Nepal, rumah yang dibangun dengan teknik SuperAdobe tetap kokoh berdiri.

"Tahun 2006, Nader Khalili membangun 50 unit di Nepal. Waktu gempa 2015, rumah itu selamat semua, sementara yang lainya bertumbangan. Itu padahal gempa berkekuatan 7,2," ujarnya.

Beberapa negara yang wilayahnya rawan gempa, seperti di Haiti dan Bangladesh, lanjut Iswanti, juga telah menerapkan teknik SuperAdobe dalam membangun rumah.

Iswanti mengaku pernah merasakan bukti kekuatan rumahnya. Saat gempa bumi beberapa kali terjadi di Yogyakarta, dia tidak merasakan guncangan berarti.

"Guncangannya relatif tidak begitu terasa, paling karena ada kayunya jadi ada suara krek-krekk gitu," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com